Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Jago Catat Himpunan Dana Masyarakat Rp8,27 Triliun, Naik Dua Kali Lipat

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago (ARTO) disokong oleh dana murah yang naik 238 persen secara tahunan.
Pejalan kaki melintas di depan kantor pusat Bank Jago di Jakarta. /Bloomberg-Dimas Ardian
Pejalan kaki melintas di depan kantor pusat Bank Jago di Jakarta. /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mencatatkan pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp8,27 triliun atau meningkat 125 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi pada tahun sebelumnya Rp3,68 triliun.

Adapun, peningkatan DPK didorong oleh pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 238 persen dari Rp1,68 triliun pada 2021 menjadi Rp5,67 triliun pada 2022. Alhasil mendorong porsi CASA terhadap DPK mencapai 69 persen pada 2022 atau meningkat jauh dari sebelumnya 46 persen pada 2021.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan pertumbuhan DPK yang disokong CASA tersebut tidak lepas dari inovasi dan kolaborasi perusahaan. Bank mencatat akun simpanan mencapai lebih dari 5,1 juta nasabah pada akhir tahun lalu atau naik hampir empat kali lipat dibanding akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.

"Untuk bertumbuh secara cepat dan solid, kami percaya kolaborasi adalah cara yang paling efektif. Kami melakukannya dengan tetap memperhatikan risiko kredit agar Bank Jago dapat tumbuh secara berkelanjutan," jelas Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, Jumat (17/3/2023).

Lebih lanjut, kombinasi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah dengan penghimpunan DPK yang positif membuat Bank Jago membukukan keuntungan. Alhasil pada akhir Desember 2022 Bank Jago mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp20 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp9 miliar atau, melesat 124 persen yoy.

Akan tetapi bila dilihat lebih rinci, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) Bank Jago justru tercatat turun 82 persen dari Rp86 miliar menjadi Rp16 miliar. Pada tahun tersebut, bank Jago mencatatkan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp9 miliar dengan NPAT Rp86 miliar.

Selisih laba yang terkesan tidak umum tersebut disebabkan adanya pajak tangguhan sebesar Rp77 miliar. Manfaat pajak tangguhan ini muncul setelah bank Jago mencetak laba pada 2021, sementara sebelumnya merugi dalam 6 tahun berturut-turut.

“Bank Jago berada pada jalur yang tepat dengan membangun fundamental yang kuat di tengah tantangan perekonomian global dan dalam negeri. Kami terus mencermati potensi risiko tetapi tetap memanfaatkan setiap peluang yang mungkin muncul untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Kharim.

Kemudian dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah, Bank Jago tumbuh 76 persen menjadi Rp9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp5,37 triliun. Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper