Bisnis.com, JAKARTA — Transaksi uang elektronik diproyeksi akan terus melonjak, seiring dengan rutinitas masyarakat yang terbiasa menggunakan pembayaran serba digital.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan meski minat berbelanja masyarakat di toko fisik sudah kembali normal, namun kebiasaan menggunakan pembayaran digital tetap diminati.
“Awalnya [dompet digital/e-wallet] memang karena banjir promo diskon, tapi masyarakat umum menyadari bahwa pembayaran digital jauh lebih praktis dan aman,” kata Bhima kepada Bisnis, Rabu (29/3/2023).
Namun, kata Bhima, yang harus diperhatikan dan menjadi alarm bagi pemain dompet digital adalah dari sisi persaingan ketat dari perbankan. Menurut Bhima, kompetisi dengan aplikasi mobile banking menjadi tantangan bagi pemain dompet digital.
“Yang harus diwaspadai konsumen dompet digital kembali lagi ke perbankan,” tuturnya.
Sebelum pandemi, Bhima menuturkan bank seolah kalah bersaing dengan dompet digital. Namun, lanjutnya, saat bank melakukan percepatan transformasi digital, aplikasi bank kini jauh lebih populer. Sebut saja pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan biaya transfer yang murah.
Baca Juga
“Ada bank yang merencanakan fasilitas minimum transfer antarbank Rp1, ini sangat mendisrupsi dompet digital. Apalagi bank sudah lama dikenal dan trusted di mata masyarakat,” tuturnya.
Di samping itu, Bhima menyampaikan bahwa ancaman lainnya adalah inflasi dan ketidakpastian ekonomi, terutama masih maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang bisa mempengaruhi volume transaksi.
“Sebenarnya kompetisi antar dompet digital kembali pada permasalahan interoperabilitas, tapi yang sebenarnya menjadi pesaing utama adalah aplikasi mobile banking itu,” pungkasnya.
Perlu diketahui, transaksi uang elektronik terus merangkak naik sepanjang 2016-2022 dengan tingkat pertumbuhan tahunan atau compounded annual growth rate (CAGR) mencapai 96 persen. Puncaknya dicapai pada 2022 dengan nilai transaksi Rp399 triliun.
Teranyar, Bank Indonesia mencatat nilai transaksi uang elektronik pada Februari 2023 tumbuh tinggi 31,14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sehingga mencapai Rp35,7 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menuturkan bahwa transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat dalam mendorong kegiatan ekonomi.
“Perkembangan ini ditopang kegiatan ekonomi digital yang makin luas, sistem pembayaran digital yang makin mudah sejalan dukungan sistem pembayaran Bank Indonesia yang lancar dan andal, serta digital banking yang naik pesat,” tutupnya.