Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi E-Wallet Tumbuh 88%, Bakal Lebih Populer dari Kartu Kredit dan Debit?

Transaksi e-wallet tumbuh pesat, mencapai 88% pada 2025, menggeser kartu kredit dan debit. E-wallet diproyeksikan mencapai US$1.300 miliar pada 2026.
Ilustrasi dompet digital atau e-wallet terpopuler di Indonesia. / Dok Freepik
Ilustrasi dompet digital atau e-wallet terpopuler di Indonesia. / Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan uang elektronik seperti dompet digital (e-wallet) kian pesat, bahkan perannya sebagai alat pembayaran telah mampu menggeser kartu kredit dan debit.

Hal tersebut terlihat dari data Bank Indonesia (BI) per 2025 yang menunjukkan rata-rata pertumbuhan akun e-wallet selama 10 tahun sejak 2014 hingga 2024 mencapai 47,4%. Sementara itu, untuk kartu uang elektronik berbasis chip mencapai 21,10%.

Adapun, pertumbuhan kartu kredit selama 10 tahun terakhir hanya mampu menyentuh 1,94% dan kartu debit sebesar 12,62%.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat bahwa e-wallet merupakan terobosan yang memudahkan seseorang dalam bertransaksi, sehingga membuat banyak pemain berlomba masuk ke industri ini.

E-wallet itu tumbuhnya 47,4%, itu akunnya aja nih. Kalau kita lihat, transaksinya di e-wallet itu sampai 88,39%. Tinggi kan? Itu dia sebabnya ekosistem sekarang tuh akan ujung-ujungnya pembayaran digital,” ujar Huda, dikutip pada Kamis (28/8/2025).

Meskipun begitu, menurutnya masih ada tantangan yang perlu dihadapi supaya bisnis para pelaku tidak gugur bersaing dengan e-wallet lainnya. Untuk menyiasati itu, Huda berpendapat bahwa para pelaku perlu mengembangkan ekosistemnya.

“Misalkan ya, GoPay, kenapa GoPay itu masih bertahan sampai sekarang? Karena digunakan Gojek. Gojeknya masih ada, dia kan masih ada. Walaupun dia sudah sekarang pakai aplikasi sendiri, tapi dia masih bisa digunakan di Gojek kan?” tuturnya.

Adapun, dalam data BI juga diperlihatkan bahwa rata-rata pertumbuhan transaksi selama 10 tahun e-wallet dan kartu berbasis chip menjuarai kartu kredit dan kartu debit, dengan perolehan 88,3%. Kartu kredit hanya 7,47% dan kartu debit 6,31%.

Sementara itu, pada 2025 diproyeksikan nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) di Asean dengan e-wallet mampu mencapai US$681 miliar, lebih tinggi dari GTV kartu yang sebesar US$550 miliar. Adapun, transaksi tunai atau cash diproyeksikan hanya 45%. Lebih jauh, pada 2026 GTV e-wallet diproyeksikan mencapai US$1.300 miliar.

Menurut Huda, tren e-wallet akan terus bertumbuh seiring dengan semakin malasnya orang menggunakan uang tunai sebagai alat pembayarannya.

“Orang juga akan malas untuk mengurus ke perbankan. Nah, orang itu akan semakin cenderung meninggalkan transaksi yang tatap muka dan ini akan mengakibatkan permintaan untuk digital financing, termasuk digital wallet itu akan semakin tinggi,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro