Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) mempunyai Direktur Utama baru pada tahun ini yakni Muhammad Busthami.
Sejalan dengan itu, Bank Banten berupaya untuk terus memperbaiki kinerja keuangan dengan menyusutkan kerugiannya.
Busthami telah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjabat sebagai Direktur Utama Bank Banten sesuai salinan Keputusan Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan OJK sejak 25 Mei 2023.
Sebelumnya, dia ditunjuk menjadi Direktur Utama Bank Banten pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Januari 2023.
Busthami sebelumnya merupakan bankir di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang kemudian bergabung ke PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Saat di Bank Mandiri, Busthami terakhir menjabat sebagai Vice President untuk penanganan aset bermasalah dan Executive Director Bank Mandiri untuk Eropa.
Selain Busthami, direksi lain yang memimpin emiten bank berkode BEKS ke depan adalah Eko Virgianto sebagai Direktur Kepatuhan, Bambang Widyatmoko sebagai Direktur Operasional dan Transformasi, serta Rodi Judo Dahono sebagai Direktur Bisnis.
Baca Juga
Nahkoda baru Bank Banten itu akan dihadapkan pada kondisi rugi yang selama ini melanda perseroan. Secara akumulasi, dalam 8 tahun terakhir atau hingga akhir 2022, kerugian BEKS mencapai Rp2,89 triliun.
Busthami mengatakan bank mempunyai semangat baru yang dicanangkan sejak 2023 untuk memperbaiki kinerja bisnis. Beragam strategi pun disiapkan dalam segala lini, diantaranya dari sisi organisasi BEKS menjalankan transformasi sumber daya manusia (SDM) atau Transformasi Human Capital Jawara 2023.
"Transformasi ini akan memperkuat strategi kredit, operasional, dan efisiensi biaya yang berkelanjutan," kata Busthami dalam keterangan tertulis Bank Banten dikutip Bisnis pada Jumat (16/6/2023).
Sementara itu, Bambang Widyatmoko selaku Direktur Operasional Bank Banten mengatakan manajemen Bank Banten akan terus konsisten mengimplementasikan strategi efisiensi biaya paralel dengan strategi bisnis, operasional, dan strategi transformasi SDM.
Bank Banten juga terus berupaya meningkatkan daya saing baik dari sisi pengembangan SDM, produk, layanan hingga teknologi informasi.
Dengan begitu, diharapkan pemerintah daerah yang menjadi ekosistemnya baik provinsi, kota, dan kabupaten di Banten dapat mempercayakan pengelolaan kas daerah serta perluasan kesempatan pengelolaan potensi bisnis di Bank Banten.
Selain itu, BEKS bersiap menggelar aksi korporasi rights issue pada tahun ini seiring dengan upaya menekan kerugian yang konsisten dicetak sejak 2014.
Pada April 2023 lalu, Manajemen BEKS telah melampirkan rencana bisnis bank yang diantaranya akan melanjutkan proses penawaran umum terbatas VIII pada kuartal III/2023.
Penawaran Umum Terbatas VIII ditargetkan mampu meraup dana sebesar Rp600 miliar sampai dengan Rp1,5 triliun. Rencana tersebut dilakukan sebagai bentuk penyesuaian bisnis bank pada 2023 hingga 2025 mendatang.
Rencana rights issue itu juga diharapkan memberi dampak langsung terhadap struktur permodalan dan likuiditas BEKS. Selain itu, kondisi keuangan secara fundamental akan membaik karena peningkatan modal inti dapat digunakan untuk pengembangan bisnis perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan, BEKS masih membukukan rugi bersih sebesar Rp28,65 miliar pada kuartal I/2023. Namun, kerugian bank susut 19 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Penyusutan kerugian didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank yang tumbuh 117 persen secara yoy menjadi Rp46,33 miliar pada kuartal I/2023.
Adapun dari sisi intermediasi, portofolio kredit BEKS tercatat Rp3,7 triliun naik sebesar 5 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp3,53 triliun.
Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) secara gross BEKS juga tercatat berhasil ditekan 231 basis poin (bps). Sedangkan NPL net susut 165 bps menjadi 1,53 persen dari posisi sebelumnya 3,18 persen.