Bisnis.com, JAKARTA — Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara anggota G20 sepakat untuk mengimplementasikan kebijakan yang agile dan fleksibel dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang masih tinggi.
Hal ini disampaikan di dalam Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Minister and Central Bank Governors Meeting/3rd FMCBG) di bawah Presidensi G20 India di Gandhinagar, India.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa respons kebijakan yang tepat merupakan kunci untuk memitigasi risiko spillover negatif dari kondisi ekonomi-keuangan negara maju dan memastikan stabilitas ekonomi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sebagaimana diketahui, risiko yang masih membayangi perekonomian global hingga saat ini di antaranya tingginya tekanan inflasi dan geopolitik, ketatnya kondisi keuangan global, serta dampak dari perang di Ukraina yang terus berlanjut.
Perry menekankan bahwa bank sentral perlu mengadopsi bauran kebijakan (policy mix), dengan menggunakan kombinasi berbagai kebijakan seperti suku bunga, intervensi valuta asing, insentif likuiditas melalui kebijakan makroprudensial, dan capital flow management secara konsisten.
"Langkah ini dapat mendukung pencapaian stabilitas harga dan stabilitas sistem keuangan," ujar Perry, dikutip melalui keterangan resmi pada Rabu (19/7/2023).
Baca Juga
Selain itu, Perry juga menegaskan pentingnya dilakukan sinergi kebijakan. Hal ini telah dilakukan BI bersama Kementerian Keuangan untuk mendorong koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi dan stabilitas keuangan nasional.
"Kunci penerapannya adalah melalui konsistensi, inovasi, dan sinergi kebijakan antara pemerintah dan BI," katanya.
Adapun, pada pertemuan ketiga FMCBG anggota G20 membahas sejumlah agenda, di antaranya perekonomian dan kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, keuangan berkelanjutan, investasi infrastruktur, regulasi sektor keuangan, inklusi keuangan, serta perpajakan internasional.
Pada diskusi diskusi perekonomian global, berbagai negara menyoroti bahwa ketidakpastian prospek ekonomi yang masih terus berlanjut akibat berbagai faktor, termasuk inflasi yang persisten dan ketegangan geopolitik.
Selain itu, pada agenda arsitektur keuangan internasional, anggota G20 menyoroti beberapa isu, seperti isu jaring pengaman keuangan internasional, utang global, dan aliran modal berkelanjutan.
Anggota G20 juga mendiskusikan kerangka kebijakan, supervisi, dan monitoring aktivitas aset kripto agar risiko dari aset kripto dapat dimitigasi dengan baik.
Lebih lanjut, pada agenda inklusi keuangan, disepakati rencana aksi inklusi keuangan, termasuk penguatan literasi keuangan digital dan perlindungan konsumen, yang akan menjadi peta jalan bagi percepatan inklusi keuangan bagi individual dan UMKM.
Perry menambahkan, disepakati pula rekomendasi penguatan infrastruktur digital (digital public infrastructure) sebagai komponen penting untuk memajukan inklusi keuangan.