Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menaikan insentif likuiditas bagi bank menjadi 4 persen dari sebelumnya 2,8 persen guna mendongkrak penyaluran kredit perbankan tahun ini. Likuiditas bank pun disebut akan bertambah Rp47,9 triliun.
Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) bagi bank umum konvensional (BUK) dan bank umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) itu akan berlaku sejak 1 Oktober 2023.
Penajaman insentif likuiditas itu berlaku kepada bank penyalur kredit atau pembiayaan di sektor hilirisasi minerba serta hilirisasi nonminerba, termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan. Insentif juga diberikan kepada bank penyalur kredit di sektor perumahan, termasuk perumahan rakyat.
Lalu, bank penyalur kredit ke sektor pariwisata, inklusif seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kredit usaha rakyat (KUR), ultra mikro, serta ekonomi keuangan hijau pun akan mendapatkan insentif.
Secara rinci, insentif likuiditas dari BI itu diantaranya sebagai berikut:
1. Insentif untuk penyaluran kredit/pembiayaan kepada sektor tertentu yang ditetapkan oleh BI, paling besar 2 persen, naik dari sebelumnya 1,5 persen.
Baca Juga
2. Insentif kepada bank penyalur kredit/pembiayaan inklusif yang naik dari sebelumnya 1 persen menjadi 1,5 peesen, dengan rincian 1 persen untuk penyaluran kredit UMKM/KUR dan 0,5 persen untuk penyaluran kredit ultra mikro.
3. Insentif terhadap penyaluran kredit/pembiayaan hijau menjadi paling besar 0,5 persen, meningkat dari sebelumnya 0,3 persen.
Implementasi kebijakan likuiditas makroprudensial BI juga dilakukan melalui pengurangan giro di BI dalam rangka pemenuhan giro wajib minimum (GWM) rupiah yang wajib dipenuhi secara rata-rata.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI menajamkan insentif tersebut dalam rangka mendorong pertumbuhan kredit guna pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penajaman insentif ini pun akan menambah likuiditas bank.
"Peningkatan itu menambah likuiditas Rp47,9 triliun," kata Perry dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (25/7/2023).
Sementara itu, penyaluran kredit perbankan pada paruh pertama 2023 atau per Juni 2023 memang tumbuh positif sebesar 7,76 persen secara tahunan (year on year/yoy). Namun, pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan sebelumnya atau Mei 2023 yang tumbuh 9,39 persen yoy.
Perry mengatakan kredit perbankan tumbuh melambat karena menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha. "Korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan," ujarnya.
Meski begitu, BI masih memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2023 dalam kisaran 9-11 persen yoy.