Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyebutkan pilihan perusahaan asuransi umum untuk berinvestasi pada Surat Berharga Negara (SBN) merupakan dampak dari regulasi.
Tercatat porsi investasi SBN oleh industri asuransi umum sebesar 32,3 persen dibandingkan dengan instrumen lainnya yakni mencapai Rp31,31 triliun per triwulan II/2023.
Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto mengatakan hal tersebut telah sesuai dengan ketentuan POJK 71/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Adapun pasal 11 ayat (1) huruf f menyebutkan bahwa investasi berupa MTN dan surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya, untuk setiap penerbit paling tinggi 20 persen dari jumlah investasi dan seluruhnya paling tinggi 40 persen dari jumlah investasi.
“Sehingga alasan memilih SBN dan porsi meningkat karena memenuhi ketentuan tersebut di atas, minimal 20 persen. SBN juga umumnya dianggap sebagai investasi yang lebih aman dibandingkan saham,” kata Bern kepada Bisnis, Rabu (9/8/2023).
Bern menambahkan risiko SBN lebih rendah karena diterbitkan oleh pemerintah. Selain itu, imbal hasil SBN juga biasanya lebih stabil dan memiliki risiko yang lebih rendah daripada saham yang fluktuatif.
“Investasi paling ‘aman’ karena dijamin negara, dalam arti perusahaan juga melakukan majemen risiko dalam hal penempatan investasi,” kata Bern.
Baca Juga
Dia pun menambahkan keuntungan lainnya memilih investasi SBN antara lain: pajak lebih rendah dari deposito, imbal hasil menarik, risiko investasi relatif rendah, aman dari fluktuasi pasar, terdapat fasilitas early redemption (pencairan lebih awal), dan bentuk kontribusi untuk pembangunan negara.
Pada Triwulan II/2023, porsi investasi SBN oleh perusahaan asuransi umum mencapai 32,3 persen. Angka terrsebut lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya yakni mencapai Rp31,31 triliun.
Adapun investasi deposito mencapai Rp23,56 triliun (24,3 persen), reksa dana Rp16,04 triliun (16,5 persen), obligasi korporasi Rp10,14 triliun (10,4 persen), saham Rp5,07 triliun (5,2 persen), dan investasi lain Rp10,93 triliun (11,3 persen) dengan total menjadi Rp97,4 triliun.
Angka tersebut meningkat dibandingkan pada triwulan II/2022 dengan total investasi Rp90 triliun. Perinciannya yakni deposito Rp23,53 triliun (26,1 persen), SBN Rp23 triliun (25,6 persen), reksa dana Rp18,48 triliun (20,5 persen), investasi lain Rp10,87 triliun (12,1 persen), dan saham Rp5,25 triliun (5,8 persen).