Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI optimistis penyaluran kredit perbankan masih moncer sepanjang tahun ini didorong oleh sejumlah insentif dari regulator.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan bank masih mematok target penyaluran kredit sesuai rencana bisnis bank (RBB) yang telah ditetapkan pada awal tahun yakni antara 10 persen hingga 12 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2023.
"Pertumbuhan kredit BRI masih akan ditopang oleh segmen UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah], khususnya segmen mikro dan ultra mikro," kata Hendy kepada Bisnis pada Selasa (29/8/2023).
BRI belum melaporkan kinerja keuangan mereka pada paruh kedua tahun ini. Namun, berdasarkan laporan bulanan, penyaluran kredit BRI telah tumbuh 10,05 persen yoy menjadi Rp1.086,69 triliun per Mei 2023.
Optimisme BRI dalam menyalurkan kredit ini seiring dengan adanya sejumlah insentif dari regulator. "BRI melihat saat ini bauran kebijakan dari stakeholders tersebut masih akomodatif terhadap pertumbuhan bisnis bank ke depan," ujar Hendy.
Sebagaimana diketahui, pada pertengahan tahun ini Bank Indonesia (BI) menajamkan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial kepada bank sebagai stimulus bagi bank untuk bisa lebih memacu penyaluran kredit.
Pada kebijakan sebelumnya yang berlaku mulai 1 April 2023, besaran total insentif diberikan maksimal 2,8 persen kepada bank yang menyalurkan kredit ke 46 sektor prioritas, sektor inklusif, dan pembiayaan hijau.
Sementara berdasarkan kebijakan terbaru, maksimal besaran insentif yang dapat diterima bank dinaikkan menjadi 4 persen, dengan penyaluran kredit ke sektor hilirisasi, perumahan, pariwisata, inklusif, dan sektor ekonomi keuangan hijau.
Implementasi kebijakan likuiditas makroprudensial BI juga dilakukan melalui pengurangan giro di BI dalam rangka pemenuhan giro wajib minimum (GWM) rupiah yang wajib dipenuhi secara rata-rata.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI menajamkan insentif dalam rangka mendorong pertumbuhan kredit guna pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penajaman insentif ini pun akan menambah likuiditas bank.
"Peningkatan itu menambah likuiditas Rp47,9 triliun," kata Perry dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada bulan lalu (25/7/2023).
Berdasarkan laporan Uang Beredar dari BI, penyaluran kredit pada Juli 2023 tercatat sebesar Rp6.663,6 triliun, atau tumbuh 8,5 persen yoy, setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,8 persen yoy.