Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) optimistis laju kredit perbankan pada tahun ini akan tumbuh pada kisaran 9%-11%.
BI mencatat, kredit perbankan tumbuh 8,96% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada September 2023.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyampaikan bahwa, secara tahun berjalan, kredit perbankan tersebut telah tumbuh sebesar 6,44% (year-to-date/ytd).
“Target kita 9%-11%, artinya masih ada sisa 2,6% yang harus kita kejar supaya menjadi 9%. Itu paling minimal, dalam 3 bulan ini Insyaallah akan terus kita kejar, perbankan juga kita harapkan terus mendorong pertumbuhan kredit di kuartal IV ini,” katanya dalam acara Peluncuran Buku KSK No. 41, Senin (23/10/2023).
Pada kesempatan tersebut, Juda mengatakan bahwa ketahanan perbankan hingga September 2023 tetap terjaga, terutama di tengah situasi global yang tak menentu.
Di samping pertumbuhan kredit, tetap terjaganya ketahanan perbankan tercermin dari permodalan yang masih sangat tebal, likuiditas yang sangat memadai, dan risiko kredit yang terkendali.
Baca Juga
“Secara domestik sebenarnya we are on the right track. Ekonomi, fundamental ekonomi, fundamental sistem keuangan, kita semua baik-baik saja,” katanya.
Juda menyampaikan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, telah melakukan evaluasi terkait kebijakan makroprudensial yang selama ini berjalan.
Hasilnya, BI akan tetap menjaga kebijakan makroprudensial tetap akomodatif sehingga dapat mendukung perbankan untuk menyalurkan kredit, juga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia mencontohkan salah satu inovasi yang terus dilakukan BI adalah memberikan pelonggaran likuiditas makroprudensial (KLM). Penajaman insentif likuiditas tersebut telah diberlakukan sejak 1 Oktober 2023.
BI menilai, kebijakan tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perbankan, tercermin dari tambahan likuiditas dari kebijakan KLM yang telah tercatat mencapai Rp28 triliun.
“BI terus menjaga likuiditas ample di pasar, tidak ada keketatan likuiditas, kita terus monitor day by day memastikan bahwa kondisi likuiditas terjaga dan insentif likuiditas pada perbankan terus dilakukan untuk mendorong pembiayaan dunia usaha,” tutur Juda.