Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terkuak! Ini Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 6%

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI Rate sebesar 6%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023). - Bisnis/Arief Hermawan P.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023). - Bisnis/Arief Hermawan P.

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur 22 dan 23 November 2023.

“BI pada 22 dan 23 November 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 6%,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG, Kamis (23/11/2023).

Perry mengatakan, keputusan ini tetap konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Kebijakan mempertahankan suku bunga acuan ini juga sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation), sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2%-4% pada 2023 dan 1,5%-3,5% pada 2024.

Perry menjelaskan bahwa suku bunga BI saat ini dipandang konsisten, terutama dalam menjaga terkendalinya inflasi hingga 2024, meski ada risiko kenaikan harga pangan dan energi dari sisi global.

Di samping itu, BI juga melihat bahwa kemungkinan the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) pada Desember 2023 sangat kecil.

“Ini [suku bunga kebijakan] masih konsisten dengan perkiraan inflasi tahun depan yang 3,2%. Perkiraan itu didasarkan atara lain mempertimbangkan harga minyak dunia dan depresiasi nilai tukar rupiah,” jelas Perry.

Adapun, inflasi domestik pada Oktober 2023 terkendali sebesar 2,56% secara tahunan dengan inflasi inti sebesar 1,91%.

Tetap rendahnya inflasi tersebut, kata Perry, sebagai hasil dari konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh BI.

Sementara itu, menurutnya, nilai tukar rupiah tetap terkendali, tercermin dari penguatan sebesar 1,99% dibandingkan dengan level akhir Oktober 2023.

Secara year-to-date, nilai tukar rupiah tercatat stabil, dengan depresiasi terbatas 0,04% dari level akhir Desember 2022.

“Lebih baik dibandingkan dengan rupee India, baht Thailand, dan ringgit Malaysia yang masing-masing tercatat melemah sebesar 0,70%, 1,70%, dan 5,84%,” jelas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper