Bisnis.com, JAKARTA -- Penyaluran kredit kepada UMKM melambat pada Desember 2023. Lantas, apa yang menyebabkan perlambatan dan seperti apa prospeknya ke depan?
Berdasarkan data Bank Indonesia, tercatat per Desember 2023, kredit kepada UMKM mencapai Rp1.364,2 triliun, tumbuh 7,9% secara tahunan, angka ini susut dibanding November 2023 yang tumbuh 8,5%.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin menyebut ada tiga alasan yang membuat kredit UMKM mengalami perlambatan.
Pertama, sebagian ceruk pasar diambil lembaga keuangan non bank, salah satunya fintech peer-to-peer (P2P) lending. Kedua, bank sedang dalam tahap untuk memperbaiki kondisi rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL), misal melalui proses bisnis termasuk kebijakan yang ada.
“Ketiga, bangkitnya UMKM pascapandemi, 1-2 tahun ini terbilang masih lambat. Mereka masih hati-hati untuk ekspansi,” ujarnya pada Bisnis, pekan lalu (23/1/2024).
Baca Juga
Adapun, soal prospek ke depan akan makin baik, mengingat pangsa pasar UMKM masih terbilang luas ditambah dengan adanya Pemilu. Kemudian, terdapat pula titah dari pemerintah yang menargetkan porsi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perbankan bisa mencapai 30% pada 2024.
“Itu amanat dan harus dilaksanakan. Jadi, itu pasti akan mendorong bank untuk ekspansi kredit ke UMKM,” ucapnya.
Sentuh Titik Terendah
Sedangkan, jika ditilik lebih jauh, pertumbuhan kredit kepada UMKM per Desember lalu berada pada titik pertumbuhan paling rendah sepanjang dua tahun terakhir.
Berdasarkan data bank sentral sejak Desember 2021 hingga Desember 2022, penyaluran kredit UMKM selalu tumbuh dua digit atau lebih dari 10%. Di mana, masing-masing sempat tumbuh sebesar 12,3% dan 10,2%
Adapun, perbankan Tanah Air terus mengerek pertumbuhan dalam segmen UMKM Tanah Air. Pasalnya, UMKM memiliki peran besar bagi perekonomian nasional.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya yang menyebut dengan ditopang likuiditas yang memadai, maka perseroan bakal mengoptimalkan penyaluran kredit ke sektor UMKM, serta berkomitmen mendukung pembiayaan inklusif serta pencapaian target RPIM yang ditetapkan pemerintah dan regulator.
Tercatat, penyaluran kredit BCA ke sektor UMKM mencapai Rp113 triliun per September 2023, tumbuh 14,5% YoY. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyebut pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit BCA yang sebesar 12,3% secara tahunan di periode yang sama.
Sikap BCA, Bank Mandiri, Hingga BTN untuk Pacu Kredit UMKM
“Dukungan BCA pada sektor UKM tercermin pada Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) yang tercatat sebesar 21,43% per September 2023,” katanya pada Bisnis, Selasa (23/1/2024).
BCA juga akan mengoptimalkan pertumbuhan ini dengan berkolaborasi bersama fintech, e-commerce, dan startup digital terkemuka di Indonesia.
Selanjutnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) juga mencatatkan posisi kredit UMKM per September 2023 sebesar Rp6,9 triliun kepada 12.294 debitur. Corporate Secretary BTN Ramon Armando pun menyebut pihaknya bakal terus memacu peningkatan kredit UMKM pada 2024.
“Untuk strateginya, kami bakal menambah distribution channel dan SDM pemroses di outlet KCP untuk penyaluran KUR sehingga memperluas jangkauan layanan Bank,” ujarnya pada Bisnis.
Tak hanya itu, BTN juga bakal mengoptimalkan digitalisasi dalam proses kredit SME untuk percepatan layanan kredit serta menambah kerjasama dengan e-commerce/digital platform dan P2P Lending
“Terakhir,[dengan] program sales menyasar ekosistem bisnis di outlet,” ucapnya.
Meski memiliki spesialisasi di kredit korporasi, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga terpantau gencar menyalurkan kredit ke segmen UMKM.
Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman menyebut hingga September 2023, kredit segmen UMKM Bank Mandiri mengalami pertumbuhan lebih dari 7% secara year on year (yoy).
“Dalam menaikkelaskan pelaku UMKM. Pertama, Bank Mandiri berupaya untuk meningkatkan volume kredit dengan prudent melalui pemanfaatan Wholesale Banking Ecosystem, dengan fokus menggarap potensi bisnis turunan, baik dari principal maupun sektor unggulan, khususnya di wilayah perkotaan,” ujarnya pada Bisnis.
Lebih lanjut, BMRI memberikan value proposition kepada segmen UKM melalui penyusunan produk yang sesuai dengan karakteristik masing-masing sektor dan menyediakan layanan UKM center serta melakukan review proses bisnis internal guna monitoring kualitas kredit.
Kedua, untuk segmen mikro produktif, Bank Mandiri memiliki strategi yaitu ekspansi kredit terutama melalui produk KUR, dengan mengoptimalkan produktivitas jaringan Bank Mandiri, yakni mulai dari cabang, Mandiri Agen, serta partner digital dengan pelaku fintech untuk melakukan akuisisi berbasis ekosistem.
“Juga peningkatan proses internal salah satunya dengan melakukan enhancement aplikasi Mandiri Agen sehingga dapat meningkatkan referal kredit,” ucapnya.
Dia pun menuturkan, Bank Mandiri meyakini permintaan kredit ke segmen UMKM akan terus meningkat hingga akhir tahun seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.