Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) mengantongi laba Rp48,6 triliun sepanjang 2023, naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Lantas, seperti tren pembagian dividen per tahunnya?
Emiten milik Grup Djarum ini memang kerap membagikan dividen sebanyak dua kali untuk satu periode tahun buku keuangan sejak 2004.
Pertama, perseroan membagikan dalam bentuk dividen interim yang biasanya diumumkan pada rentang September hingga Desember. Kedua, dividen final yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham tahunan.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan untuk tahun ini, perseroan tengah mengkaji dividend payout ratio agar posisi permodalan yang kokoh, pengembangan bisnis bank maupun entitas anak tetap seimbang.
“Termasuk pemutakhiran standar dan teknologi keamanan, dan memberikan nilai tambah yang berkesinambungan kepada pemegang saham,” katanya pada Bisnis, pekan lalu (17/1/2024).
Baca Juga
Dia menuturkan, BCA senantiasa optimistis untuk menjaga pertumbuhan kinerja pada 2024, selaras dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif di tengah tantangan dan dinamika perekonomian dan geopolitik global.
Tren Dividen BCA 5 Tahun Terakhir
Berdasarkan catatan Bisnis, BCA telah memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp25,3 triliun pada tahun buku 2022.
Nilai dividen itu mencapai 62,1% dari laba bersih perseroan yakni Rp40,7 triliun untuk tahun buku 2022. Lalu, sisa dividen tunai per saham untuk tahun buku 2022 yang dibayarkan oleh perseroan menjadi sebesar Rp170 per saham
Sebelumnya, perseroan juga telah membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2021 sebesar Rp145 per saham atau 56,9% dari total laba bersih yaitu Rp31,42 triliun. Di mana, nilai pembayaran dividen saham BCA berjumlah Rp17,9 triliun dari tahun buku 2021.
Bahkan, kondisi pandemi Covid-19 yang membuat perlambatan pertumbuhan bisnis ternyata tak membuat jumlah dividen yang ditebarkan BCA berkurang drastis.
Tercatat, BCA memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp530 per saham atau 48% dari total laba bersih untuk tahun buku 2020. Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim sebesar Rp98,- per saham yang telah dibagikan pada tanggal 22 Desember 2020.
Lalu, pada tahun buku 2019, BBCA menebar 47,9% dari laba usaha tahun buku 2019. Terakhir, BCA sempat mengguyur dividen senilai Rp340 per saham untuk tahun buku 2018.
Jumlah dividen yang dibayarkan mencapai sekitar Rp8,29 triliun, atau setara dengan 32% laba bersih BCA tahun buku 2018 yang mencapai Rp25,9 triliun.
Kinerja BCA sepanjang 2023
Kenaikan laba BBCA tahun ini ditopang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA tumbuh 17,5% YoY menjadi Rp75,4 triliun di sepanjang 2023.
Sementara itu, pendapatan selain bunga tumbuh 5,5% YoY menjadi Rp23,9 triliun, sehingga total pendapatan operasional tercatat sebesar Rp99,3 triliun atau naik 14,4% YoY. Secara keseluruhan, laba bersih tumbuh 19,4% YoY mencapai Rp48,6 triliun di sepanjang 2023.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan kinerja perseroan terjaga meski di tengah tekanan inflasi global dan sensi geopolitik yang memanas.
“Hal ini juga terdorong dengan adanya penyelenggaraan event, 2 kali BCA expo,” ujarnya dalam Paparan Kinerja 2023, Kamis (25/1/2024).
Seiring dengan pertumbuhan laba, secara total, kredit BCA naik 13,9% YoY menjadi Rp810,4 triliun, pertumbuhan ini mengerek kenaikan total aset BCA sebesar 7,1% YoY menjadi Rp1.408 triliun
Pertumbuhan kredit BCA diikuti perbaikan kualitas pinjaman secara konsisten. Rasio loan at risk (LAR) membaik ke 6,9% per akhir 2023, dibandingkan 10,4% pada 2022 lalu. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan) terjaga di angka 1,9% pada 2023.
Adapun, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6,0% YoY mencapai Rp1.102 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80% dari total DPK.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sekalipun dijegal oleh penerapan pengetatan moneter dari Bank Indonesia, akan tetapi kebijakan tersebut nyatanya selurus dan sebanding dengan kinerja stabilitas perekonomian domestik. Sehingga, kinerja pertumbuhan kredit bisa berjalan progresif.
Lebih lanjut, kata Nafan, perbankan juga makin optimistis dalam melanjutkan kinerja positifnya pada 2024, Hal ini lantaran kredit konsumer bakal terus bertumbuh.
“Kita juga akan menyambut soft landing policy yang diterapkan BI dalam hal ini pivot policy, dari yang awalnya pengetatan moneter menjadi pelonggaran moneter,” ucapnya.