Bisnis.com, JAKARTA – Bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) telah menebar dividen jumbo kepada pemegang sahamnya dengan mempertimbangkan kondisi permodalan yang kuat.
Terbaru, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada pekan lalu (7/3/2024), Bank Mandiri memutuskan membagikan dividen tunai sebesar Rp33,03 triliun atau 60% dari total laba bersih tahun buku 2023.
Kemudian, BRI telah memutuskan untuk menebar dividen jumbo dengan rasio 80% atau bernilai Rp48,1 triliun, hasil laba tahun buku 2023.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memutuskan untuk menebar dividen sebesar 50% dari total laba bersih tahun 2023 atau Rp10,45 triliun.
Selain itu, PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. (BBTN) membagikan 20% laba untuk dividen atau senilai Rp700,19 miliar mengacu keputusan RUPST.
Himpunan bank milik negara (Himbara) tetap menebar dividen jumbo kepada pemegang sahamnya dengan mempertimbangkan kondisi permodalan. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan secara fundamental, besaran dividen tersebut telah mempertimbangkan struktur permodalan Bank Mandiri dalam mendukung rencana pada 2024.
Baca Juga
"Sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik. Ke depan, kami akan terus memacu pengembangan bisnis dan layanan Bank Mandiri agar dapat memenuhi ekspektasi seluruh stakeholder perseroan," imbuh Darmawan dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Tercatat, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank Mandiri per Desember 2023 berada pada level 22%, naik 234 basis poin (bps) dibandingkan tahun sebelumnya 19,7%.
Adapun, setelah pembagian dividen, CAR Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun nanti diproyeksikan pada level yang kurang lebih sama dengan Desember 2023.
Direktur Utama BRI Sunarso juga mengatakan BRI memiliki permodalan yang kuat, sehingga mampu menebar dividen dengan rasio tinggi.
Tercatat, CAR BRI pada Desember 2023 berada pada level 27,27%, naik 176 bps dibandingkan 25,51% pada Desember 2022.
"Sampai 5 tahun ke depan, BRI juga belum perlu tambahan modal. Jadi, berapapun labanya, BRI punya kelonggaran membagikan dividen yang besar. Dalam 5 tahun ke depan 70%-80% itu tidak masalah. Saya proyeksikan mampu membayar dividen dari labanya," kata Sunarso dalam konferensi pers RUPST BRI pada beberapa pekan lalu (1/3/2024).
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan BNI menebar dividen tinggi seiring dengan kondisi permodalan yang kuat. Tercatat, CAR BNI pada level 22% per Desember 2023, naik 270 bps dibandingkan tahun sebelumnya 19,3%.
"Jadi BNI punya kapasitas membagi dividen yang lebih besar sambil memenuhi kebutuhan bisnis BNI Group," ujarnya.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan penentuan dividen BTN dengan rasio 20% juga mempertimbangkan kondisi permodalan.
"Kami juga jaga kepentingan CAR terutama tier 1 capital. Total CAR kita upayakan di 19%-20% jangan turun, dan tier 1 capital di level 16-17% ,” ucapnya.
Tercatat, rasio modal tier-1 milik BTN berada di level 17,45% naik dari 132 bps dari tahun sebelumnya 16,13%, meskipun CAR BTN berada di level 20,07%, turun 10 bps dari sebelumnya 20,17%.
Kondisi Permodalan Industri
Secara industri, kondisi permodalan perbankan di Indonesia memang tercatat kuat. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan kondisi permodalan ini mampu menjadi penyangga kinerja perbankan di tengah berbagai tantangan, seperti gejolak ekonomi global.
"Bahkan sektor perbankan mencatat CAR 27,65%, di atas negara-negara kawasan," katanya dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada bulan lalu (20/2/2024).
Berdasarkan data OJK, CAR industri perbankan berada di level 27,65% per Desember 2023, naik dibandingkan Desember 2022 di level 25,63%.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun turut mengapresiasi kinerja sektor jasa keuangan, termasuk perbankan. "Di tingkat permodalan perbankan, ini di atas negara-negara di kawasan. Kredit perbankan juga masih bisa tumbuh di dobel digit 10,38% year on year, sudah di atas level pra pandemi," tutur Jokowi.
Wakil Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Tigor M. Siahaan juga mengatakan kondisi permodalan bank di Indonesia yang tinggi menjadi modal bagi pertumbuhan kredit tahun ini. "Kemampuan modal untuk growth kredit sangat tinggi. Jadi optimistis [target kredit tercapai]," tuturnya.