Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asuransi Bukan Barang Mewah, AAJI Sebut Daya Beli Tak Jadi Momok Industri

AAJI menyatakan turunnya daya beli masyarakat di tengah naiknya inflasi tidak menjadi ancaman bagi industri asuransi.
Petugas beraktivitas di dekat logo-logo asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Selasa (23/8/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas beraktivitas di dekat logo-logo asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Selasa (23/8/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan turunnya daya beli masyarakat di tengah naiknya inflasi tidak menjadi ancaman bagi industri asuransi. Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menegaskan asuransi belum menjadi barang mewah. Menurutnya, rendahnya literasi dan inklusi asuransi lebih mempengaruhi minat masyarakat terhadap produk asuransi. 

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022, tingkat literasi asuransi mencapai 31,72%, lebih rendah dibandingkan literasi sektor perbankan yang mencapai 49,93%. "Jika asuransi belum menjadi produk mewah, masalahnya ada pada pemahaman masyarakat yang masih kurang dan produk asuransi yang belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat saat ini," ujar Budi usai acara Groundbreaking Grha AAJI di Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2024).

Budi mencontohkan jika suatu produk asuransi tidak laku, kemungkinan besar produk tersebut belum dipahami dengan baik oleh masyarakat atau belum memenuhi kebutuhan mereka. Namun, Budi menekankan bahwa perusahaan tidak perlu terus menerus mengeluarkan produk baru. Sebaliknya, peningkatan literasi dan peluncuran produk yang memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi kunci utama.

"Masalahnya bukan pada daya beli, tetapi pada bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa proteksi dan perencanaan masa depan itu penting. Karena saat ini, produk asuransi belum menjadi barang mewah," tegas Budi.

Sebelumnya, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyatakan bahwa inflasi akan terjaga dalam target Bank Indonesia (BI) sebesar 2,5% ± 1% sepanjang sisa tahun ini. Huda memperkirakan inflasi yang terkendali akan sejalan dengan konsumsi masyarakat yang diproyeksikan tetap rendah. "Dari segi permintaan barang yang persisten tidak naik signifikan. Maka harus waspada terhadap hal ini, terlebih indeks keyakinan konsumen juga turun," kata Huda kepada Bisnis.

Pada Mei 2024, Bank Indonesia melaporkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 125,2 dari 127,7 pada April 2024. Meski demikian, kinerja premi asuransi pada kuartal I 2024 menunjukkan perbaikan. Data AAJI menunjukkan pendapatan premi industri asuransi jiwa pada periode tersebut meningkat 0,9% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp46 triliun. Sebelumnya, pada kuartal I 2023, pendapatan premi mencapai Rp45,6 triliun, turun 6,9% yoy dari Rp48,99 triliun.

Namun, total tertanggung asuransi jiwa mengalami penurunan 6,6% yoy menjadi 81,76 juta jiwa dari sebelumnya 87,54 juta jiwa. Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi pada tertanggung individu yang mencapai 19,68 juta, turun 33,8% yoy dari 29,74 juta. Sementara itu, tertanggung kumpulan naik 7,4% menjadi 62,08 juta jiwa pada kuartal I 2024 dari 57,8 juta jiwa pada kuartal I 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper