Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu juga mengatakan seiring dengan tren suku bunga tinggi, saat ini likuiditas seret. "Hari ini likuiditas mahal, tersedia, ada, tapi mahal," ujarnya pada pekan lalu (8/7/2024).
Dengan kondisi seperti itu, bank pun mengerem kreditnya. "Pada kuartal I/2024, kredit kami tumbuh 14,8%, namun akan turunkan hanya 10%-11% pada akhir tahun, karena likuiditas mahal. Jangan sampai kami salurkan kredit, tapi lama-lama rugi karena dana mahal," tuturnya.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan, likuiditas bank menjadi mahal. “Karena ada beban cost of fund yang cukup lumayan," katanya.
Amin juga menyoroti bagaimana permintaan kredit yang diprediksi tidak terlalu tinggi karena bank kini mulai selektif.
Sebagaimana diketahui, suku bunga acuan BI masih dalam tren tinggi. BI telah mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2024.
Dalam RDG pada April 2024, BI telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari 6% ke 6,25%. Kenaikan suku bunga acuan saat itu menjadi yang pertama kali sejak Oktober 2023.