Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Industri Multifinance Menatap Prospek Cerah di 2025

Pelaku industri multifinance bersikap optimistis terhadap prospek bisnis tahun depan, didorong oleh pemulihan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan pembiayaan.
Ilustrasi multifinance/Freepik
Ilustrasi multifinance/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri multifinance menatap prospek cerah pada tahun depan, didorong oleh pemulihan ekonomi yang diproyeksikan menguat dan meningkatnya kebutuhan pembiayaan di berbagai sektor.

Sejumlah perusahaan, asosiasi, dan pengamat sepakat bahwa momentum ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan bisnis, terutama melalui diversifikasi produk dan inovasi digital. Namun, mereka juga mengingatkan pentingnya kesiapan industri menghadapi potensi risiko, seperti kenaikan suku bunga dan ketidakpastian global.

Misalnya, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) atau CIMB Niaga Finance yang melihat bahwa pembiayaan tahun depan prospeknya cerah. Hal tersebut didukung oleh beberapa hal, di antaranya proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terkait penjualan mobil yang akan tumbuh mencapai 1 juta unit pada 2025. Kemudian, juga ditopang dengan banyaknya mobil-mobil merk dan tipe baru yang akan masuk pada tahun depan.  

Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan faktor pendorong optimisme industri multifinance juga terletak dari sisi potensi pemangkasan suku bunga acuan lanjutan.  

Adapun Bank Indonesia (BI) memilih untuk menahan BI Rate ke level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19–20 November 2024. Faktor lainnya yakni nilai inflasi yang diramalkan akan tetap stabil terkendali dibawah angka 3%. Serta pertumbuhan ekonomi yang diramalkan akan tetap kuat di angka 5% lebih.

“Beberapa hal di atas tersebut akan menjadi angin segar untuk industri otomotif khususnya perusahaan pembiayaan,” kata Ristiawan saat dihubungi Bisnis, dikutip Kamis (21/11/2024). 

Lebih lanjut, Direktur Keuangan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) atau WOM Finance, Cincin Lisa Hadi mengatakan perusahaan cukup optimistis prospek bisnis multifinance pada 2025 cukup baik. 

“Hal ini di antaranya disebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup positif, kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan pembiayaan yang relatif meningkat dan kondisi politik yang relatif stabil,” kata Cincin.

Dia mengatakan sentimen positif pertumbuhan bisnis multifinance diantaranya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup positif dan digitalisasi yang dapat memperluas akses masyarakat serta terhadap produk pembiayaan.

Senada, PT Mandiri Utama Finance (MUF) juga optimistis terhadap pembiayaan pada tahun depan. Direktur MUF Rully Setiawan mengatakan BFI Finance berharap pembiayaan baru perusahaan bisa tumbuh sebanyak Rp25 triliun pada 2025. Angka tersebut tumbuh sekitar 13,63% secara tahunan (year on year/YoY) apabila dibandingkan dengan target pembiayaan baru sebanyak Rp22 triliun pada 2024. 

“Tahun 2025 kami menargetkan untuk dapat menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp25 triliun,” kata Rully kepada Bisnis, pada Kamis (21/11/2024). 

Rully menilai bahwa captive market masih memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan penyaluran pembiayaan dengan kualitas yang baik. Captive market, yang mencakup konsumen atau segmen pasar yang sudah menjadi bagian dari ekosistem perusahaan (seperti pelanggan tetap atau mitra bisnis strategis), memberikan keunggulan kompetitif karena memiliki tingkat kepercayaan dan loyalitas yang lebih tinggi.

Potensi ini dapat menjadi pilar utama dalam meningkatkan volume pembiayaan secara berkelanjutan, terutama di tengah kondisi pasar yang dinamis.

“Pada 2025, MUF akan memaksimalkan pertumbuhan pembiayaan melalui captive market yaitu nasabah referral Bank Mandiri, BSI, dan perbankan lainnya. Di samping itu kami juga memperluas penetrasi pembiayaan reguler melalui dealer, showroom, mitra dan customer to customer. Strategi ini diproyeksikan dapat mendorong kinerja penyaluran pembiayaan MUF di tahun 2025,” kata Rully. 

Namun demikian, Rully juga menyoroti bahwa tantangan tetap ada, khususnya yang berkaitan dengan dinamika perekonomian nasional. Faktor-faktor seperti fluktuasi suku bunga, inflasi, volatilitas pasar, dan tekanan pada daya beli masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban mereka. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan profil risiko debitur dan mengancam kualitas portofolio pembiayaan.

Lebih lanjut, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance juga optimistis terhadap industri Multifinance pada tahun depan. Pasalnya perusahaan melihat bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang menarik untuk perusahan pembiayaan sejalan dengan konsolidasi pemerintahan baru dibawah Presiden Prabowo Subianto.

Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono mengatakan pihaknya berharap akan ada gebrakan, insentif, serta program pemerintah yang dapat menstimulasi kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. 

“Itu akan berdampak positif kepada industri pembiayaan secara umum,” kata Sudjono dalam Public Expose 2024 yang digelar secara daring pada Kamis (21/11/2024). 

Di sisi lain, Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance), Dewa Made Susila, memaparkan strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar dan diversifikasi produk pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam pada tahun depan. Fokus utama perusahaan adalah ekspansi di daerah-daerah potensial, terutama di luar Jawa.

“Indonesia Timur sedang berkembang pesat, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari Jawa. Kami banyak membuka cabang di sana, sementara di Jawa dilakukan rotasi, menutup cabang di daerah yang kurang prospektif dan membuka di lokasi yang menjanjikan,” ungkap Made saat ditemui beberapa waktu lalu. 

Selain memperluas wilayah operasi, Adira Finance juga memperluas segmen pembiayaan. Tidak lagi hanya fokus pada pembiayaan otomotif, Adira Finance memperluas produk non-otomotif, termasuk kredit multiguna atau multi-purpose loan yang dinamai Solusi Dana

Made juga menyoroti pentingnya pengembangan produk digital untuk kemudahan layanan. Melalui aplikasi Adiraku, nasabah dapat menikmati fitur-fitur inovatif, termasuk fly credit dan program loyalitas Adira Points.

Ke depan, Adira Finance juga akan meluncurkan Dana Dira, platform digital untuk kredit tunai yang diharapkan menjadi alternatif aman dari pinjaman online ilegal. Dengan strategi-strategi tersebut, Adira Finance optimistis menatap tahun depan. Meskipun tahun ini menurut Made penuh tantangan. 

“Tahun ini memang menantang, kami harap tahun depan kita segera pulih, harusnya kami optimistis,” katanya. 

Pentingnya Diversifikasi

Untuk menghadapi tahun depan, praktisi dan pengamat industri pembiayaan, Jodjana Jody, menilai sektor multifinance perlu beradaptasi dengan kondisi ekonomi. Terlebih di tengah daya beli kelas menengah sedang tertekan, sehingga pengeluaran lebih banyak difokuskan pada kebutuhan prioritas. Kondisi tersebut kemungkinan masih terjadi pada tahun depan. Oleh sebab itu, Jodjana menekankan perlunya diversifikasi portofolio bisnisnya. 

“Jika ingin tumbuh, multifinance harus lebih agresif menggeser fokus ke pembiayaan non-otomotif, seperti modal kerja, investasi, atau kebutuhan multiguna lainnya,” kata Jodjana.

Dia menekankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah membuka peluang bisnis di luar pembiayaan otomotif. Diversifikasi ini penting untuk memastikan keberlanjutan bisnis multifinance di tengah perubahan kebutuhan konsumen.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno juga menekankan pentingnya diversifikasi portofolio bisnis. Dia menyarankan perusahan-perusahaan multifinance untuk meningkatkan pembiayaan non-otomotif, misalnya saja modal kerja. 

“Kan kebanyakan perusahaan pembiayaan juga sudah mempunyai jumlah debitur yang cukup banget dan sisi data yang ada. Ya tentu ini akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memberikan pinjaman refinancing dalam sisi pembiayaan ke sektor yang produktif di mana banyak debitur juga yang membeli kendaraan, dan tentunya banyak kendaraan-kendaraan ini dibutuhkan untuk operasional mereka, untuk usaha UMKM-nya. Jadi modal kerja juga dapat mendorong pembiayaan,” kata Suwandi. 

Oleh sebab itu, Suwandi mengatakan bahwa pada tahun depan harapannya industri multifinance bisa bergantung dengan pembiayaan modal kerja yang terkait dengan refinancing terhadap nasabah-nasabah yang sudah lunas. Meskipun pihaknya pesimis bahwa industri multifinance kemungkinan bisa tumbuh double digit

“Kami masih bisa mungkin mengharapkan pertumbuhan, tetapi tidak bisa double digit. Namun secara keseluruhan kami belum tahu dan belum bisa memproyeksikan,” katanya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper