Bisnis.com, JAKARTA -- Regulasi yang lebih fleksibel di bisnis leasing mendorong sejumlah perusahaan financial technology (fintech) alias pinjaman online (pinjol) melakukan akuisisi pada bisnis yang lebih tua itu.
Seperti diketahui, leasing mulai tumbuh di Indonesia sejak era 1974, dan bisnis ini berkembang pesat setelah tahun 2000. Sedangkan perusahaan fintech mulai tumbuh sejak 2015.
Fenomena pinjol mengakuisisi leasing terlihat dalam akuisisi PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), bagian dari PT Amartha Nusantara Raya, terhadap PT Bosowa Multi Finance.
Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengatakan bahwa akuisisi multifinance tersebut adalah salah satu strategi memperluas cakupan bisnis dengan tetap mempertahankan fokus pada pelayanan pelanggan.
“Kalau multifinance itu kan salah satu lisensi, lah. Bagaimana kami ada aspirasi punya beragam produk, beragam segmen yang kami layani. Fokusnya tetap ke end-user-nya, tetap ke pelanggan,” kata pria yang akrab disapa Taufan tersebut pada Selasa (26/11/2024).
Taufan menjelaskan pentingnya membangun produk yang relevan dengan kebutuhan pelanggan dan mitra. Langkah tersebut didukung oleh diversifikasi lisensi bisnis untuk memenuhi kebutuhan di berbagai segmen yang dilayani oleh Amartha.
Baca Juga
“Jadi kalau pertanyaannya apakah Amartha mau masuk ke consumer loan? Enggak. Karena fokusnya tetap di mayoritas bisnis kami yang produktif. Pendapatan kami mayoritas tetap di segmen produktif,” katanya.
Taufan juga menambahkan bahwa potensi di segmen produktif ini masih sangat besar, sehingga Amartha memilih untuk fokus dan mengoptimalkan peluang di segmen tersebut sebelum menjajaki pasar lain.
“Menurut saya, segmen ini masih besar sebelum kita masuk ke segmen yang lain. Kami tetap fokus di segmen ekonomi ini,” katanya.
Akuisisi Bosowa Multi Finance mengikuti jejak penyelenggara pinjol lainnya. Sebelumnya, fintech Kredivo melakukan langkah serupa dan mengubah namanya menjadi Kredivo Multifinance.
Demikian pula dengan Akulaku Group yang memiliki Akulaku Finance.
Bosowa Multi Finance per akhir 2023 memiliki aset sebesar Rp106,89 miliar, yang terdiri dari kas Rp1 miliar, piutang pembiayaan konsumen Rp6,25 miliar, piutang pihak berelasi Rp52,39 miliar, aset tetap Rp30,37 miliar, dan sisanya aset lain, termasuk uang muka. Sementara itu, total liabilitas Bosowa Finance adalah Rp16,66 miliar dan ekuitas Rp90,22 miliar.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan bahwa aksi akuisisi yang semakin sering terjadi menunjukkan tren konsolidasi dan konglomerasi di sektor keuangan. Menurutnya, fintech P2P lending kini memiliki potensi untuk menjadi perusahaan induk bagi layanan fintech lainnya, termasuk multifinance.
Huda menjelaskan bahwa perusahaan fintech P2P lending dapat menggunakan posisinya untuk mengembangkan produk Buy Now Pay Later (BNPL), yang sebagian besar izinnya dimiliki oleh perusahaan multifinance.
“Fintech P2P lending bisa menjadi perusahaan induk untuk fintech lainnya, termasuk jasa multifinance. Mereka bisa mengembangkan BNPL, yang lisensinya banyak di multifinance,” kata Huda kepada Bisnis, pada Senin (28/10/2024).
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing fintech melalui diversifikasi produk yang lebih luas. Huda menambahkan bahwa semakin banyak jenis produk yang dimiliki oleh fintech, semakin besar pula pangsa pasar yang dapat diraih.