Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 8 Kebiasaan Orang Kelas Menengah yang Bikin Sulit Kaya

Delapan kebiasaan ini yang membuat warga kelas menengah sulit membangun kekayaan, apalagi sampai bisa membangun warisan turun temurun
Ilustrasi. /Freepik
Ilustrasi. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Kelas menengah mendominasi di Indonesia, dan sulit untuk mendulang atau mengumpulkan kekayaan

Banyak yang mengalami "gaji lewat begitu saja", sulit untuk sekadar menabung apalagi menjadi kaya apalagi sampai bisa diwariskan turun termurun. 

Hal ini terhambat oleh beberapa kebiasaan yang banyak dilakukan kelas menengah menurut para ahli psikologi, dilansir DMNews, berikut ini:

1. Hidup pas-pasan mengandalkan gaji

Anda menghasilkan uang, menghabiskannya, dan sebelum Anda menyadarinya, Anda sudah harus menunggu gaji berikutnya. Ini adalah siklus yang tampaknya tidak pernah berakhir. 

Sekarang, bayangkan kehidupan orang-orang kelas menengah yang terjebak dalam lingkaran ini. Mereka bekerja keras, mereka menghasilkan, namun, pada akhirnya, mereka tidak punya apa-apa.

Kebiasaan ini sendiri merupakan hambatan utama dalam perjalanan mereka menuju menghasilkan kekayaan turun temurun. Namun, hal itu tidak berhenti di situ. Dampak psikologisnya juga sama parahnya.

Kondisi stres finansial yang terus-menerus ini juga berarti mereka selalu gelisah, selalu khawatir tentang tagihan atau pengeluaran berikutnya.

Masalahnya adalah, jika Anda hidup pas-pasan, kekayaan tidak hanya berada di luar jangkauan, tetapi bahkan ada di alam semesta lain. Memahami pemecahan masalah ini adalah langkah pertama untuk menyelesaikannya.

2. Kurangnya pendidikan keuangan

Sebagian besar hidup orang-orang di kelas menengah tidak punya pengetahuan apa pun tentang mengelola uang. Terkadang penghasilan bertambah besar, tetapi tetap tidak pernah cukup. Mengapa? Karena tidak memiliki ilmu tentang manajemen keuangan.

Di sekolah, guru mengajarkan kita tentang aljabar, sampai kimia, yang mungkin tidak digunakan semua orang dalam hidup. Tetapi tidak ada diajarkan salah satu keterampilan hidup yang paling penting, tentang mengelola keuangan.

Akhirnya, banyak orang kelas menengah berakhir dalam siklus yang sama, yakni menghasilkan dan menghabiskan uang tanpa pertumbuhan riil apa pun.

Menurut para ahli, tanpa pengetahuan finansial, tidak ada cara untuk menumbuhkan kekayaan.

Kurangnya pemahaman tentang investasi, tabungan, dan pengelolaan uang merupakan ciri umum di antara mereka yang gagal memperoleh kekayaan turun-temurun.

Pengetahuan merupakan kekuatan utama dalam hal membangun kesuksesan keuangan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendapatkan pendidikan finansial untuk membangun kekayaan yang bisa bertahan hingga beberapa generasi.

Jika Anda terjebak dalam kebiasaan yang sama, mulailah belajar sendiri tentang keuangan, yang mungkin bisa menjadi langkah awal untuk mengubah kondisi keuangan Anda.

3. Tidak ada tujuan keuangan jangka panjang

Banyak sekali individu kelas menengah yang tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas dan berjangka panjang.

Mereka memperoleh penghasilan, membelanjakan uang, dan menabung sedikit demi sedikit, tetapi tanpa tujuan atau sasaran yang jelas.

Pendekatan pengelolaan uang ini sama saja dengan berlayar di lautan tanpa kompas, tanpa tujuan, dan kontraproduktif.

Jika tanpa tujuan, maka tidak ada motivasi untuk menabung atau berinvestasi, tidak ada rencana untuk diikuti, dan tidak ada ukuran keberhasilan.

Sebaliknya, mereka yang memperoleh kekayaan turun-temurun selalu memiliki tujuan keuangan yang jelas. Mereka tahu persis apa yang mereka upayakan, yang membantu mereka tetap fokus dan bertekad.

Jika Anda serius ingin membangun kekayaan yang bertahan lama, mulailah dengan menetapkan tujuan keuangan jangka panjang yang terdefinisi dengan baik.

4. Takut mengambil risiko finansial

Ada kepercayaan umum di antara banyak orang kelas menengah bahwa mengambil risiko finansial sama saja dengan berjudi, tidak dapat diprediksi, berbahaya, dan lebih sering menyebabkan kerugian.

Namun, inilah kendalanya, tanpa mengambil risiko yang diperhitungkan, hampir mustahil untuk membangun kekayaan yang substansial.

Ketakutan kehilangan uang sering kali menutupi potensi untuk menghasilkan lebih banyak uang. Ketakutan ini membuat orang enggan melakukan investasi yang berpotensi menghasilkan keuntungan tinggi. 

Mereka lebih memilih keamanan zona nyaman daripada ketidakpastian dalam mengambil risiko. Padahal, berinvestasi di pasar saham, memulai bisnis, atau membeli real estat, selalu ada risiko besar yang terlibat.

Kuncinya adalah membuat keputusan yang tepat dan mengambil risiko yang diperhitungkan. Mereka yang telah memperoleh kekayaan turun-temurun memahami prinsip ini.

Mereka tidak gegabah dan berani. Mereka melihat peluang saat orang lain melihat bahaya.Jika Anda terjebak di zona nyaman, takut mengambil risiko, ingatlah bahwa jika tidak ada risiko, maka tidak ada hasil.

5. Mengabaikan kekuatan pendapatan pasif

Banyak orang, terutama pekerja yang hanya mengandalkan pendapatan aktif, uang yang diperoleh dari pekerjaan tetap. Lalu, tanpa sadar, banyak kesempatan untuk membangun kekayaan yang hilang, dengan mengandalkan pendapatan pasif.

Pendapatan pasif adalah uang yang Anda hasilkan tanpa harus bekerja secara aktif untuk mendapatkannya. Ini bisa berasal dari properti sewaan, dividen dari investasi, atau laba dari bisnis sampingan.

Banyak orang kelas menengah mengabaikan kekuatan pendapatan pasif. Mereka percaya bahwa kerja keras saja akan membawa mereka pada kekayaan. 

Meskipun kerja keras itu penting, mengandalkan pendapatan aktif semata-mata seperti mencoba mengisi ember dengan lubang besar di dalamnya.

Orang-orang kaya memahami pentingnya pendapatan pasif. Mereka membiarkan uang mereka bekerja untuk mereka saat mereka tidur. Jika Anda masih mengabaikan pendapatan pasif, sekarang saatnya Anda memikirkannya.

6. Terlalu mengandalkan menabung

Bukankah menabung adalah hal yang baik? Tentu saja! Namun, di sinilah banyak orang salah sasaran. Mereka terlalu fokus pada menabung setiap sen sehingga lupa untuk mengembangkan kekayaan mereka.

Lihat, ada batas berapa banyak yang bisa Anda tabung. Namun, tidak ada batas berapa banyak yang bisa Anda hasilkan.

Banyak individu kelas menengah jatuh ke dalam perangkap berhemat yang ekstrem. Mereka mengambil jalan pintas, menghindari pengeluaran, dan menimbun uang.

Namun dalam prosesnya, mereka kehilangan kesempatan untuk berinvestasi dan melipatgandakan kekayaan mereka. Kenyataannya, Anda tidak bisa hanya mengandalkan menabung untuk mencapai kekayaan turun-temurun. Hal ini memerlukan keseimbangan yang sehat antara menabung, membelanjakan, dan berinvestasi.

Orang kaya memahami hal ini. Mereka tahu bahwa meskipun menabung itu penting, berinvestasi dan menciptakan berbagai aliran pendapatan juga sama pentingnya.

Jika Anda hanya berfokus pada menabung, mungkin sudah saatnya untuk memikirkan kembali strategi Anda.

7. Mengabaikan pengembangan diri

Pengembangan diri memainkan peran besar dalam penciptaan kekayaan. Hal ini berkaitan dengan berinvestasi pada diri sendiri, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan nilai diri.

Namun, banyak individu kelas menengah sering mengabaikan aspek penting ini. Mereka merasa nyaman dengan pekerjaan mereka dan berhenti belajar atau berkembang. Padahal, dunia terus berubah, dan untuk mengikutinya, seseorang perlu terus berkembang.

Orang kaya memahami pentingnya pengembangan diri. Mereka membaca buku, menghadiri seminar, mengikuti kursus, dan terus mencari cara untuk meningkatkan diri.

Mereka tahu bahwa potensi penghasilan mereka meningkat seiring dengan pengembangan diri mereka. Jika pengembangan diri belum menjadi prioritas Anda, sekaranglah saatnya untuk melakukannya. Semakin Anda berkembang secara pribadi, semakin besar pula kekayaan Anda. 

8. Kurang disiplin finansial

Tanpa disiplin finansial, semua pengetahuan, strategi, dan alat tidak akan berguna. Disiplin finansial adalah tentang bagaimana membuat keputusan keuangan yang bijak secara konsisten, berpegang teguh pada rencana keuangan Anda, dan menindaklanjuti tujuan keuangan Anda.

Banyak individu kelas menengah tidak memiliki disiplin ini. Mereka terus melakukan pembelian impulsif, menyimpang dari anggaran yang sudah dibuat, dan membuat keputusan finansial berdasarkan emosi daripada logika.

Di sisi lain, mereka yang memperoleh kekayaan turun-temurun menjalankan disiplin finansial yang ketat. Mereka mengendalikan pengeluaran, mematuhi anggaran, dan membuat keputusan keuangan yang matang.

Jika Anda serius ingin membangun kekayaan untuk generasi mendatang, tanamkan disiplin finansial. Memang tidak mudah, tetapi hasilnya bisa sepadan.

Membangun kekayaan bukan hanya tentang berapa banyak yang Anda hasilkan atau tabung. Ini tentang bagaimana Anda memandang uang, bagaimana Anda mengelolanya, dan yang terpenting, bagaimana Anda menumbuhkannya.

Lagi pula, seperti yang pernah dikatakan Benjamin Franklin, "Investasi dalam pengetahuan memberikan hasil terbaik." Anda memiliki kekuatan untuk memutus siklus tersebut dan membangun warisan finansial yang bertahan lama.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper