Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Industri Leasing Melambat, Pengamat: Tekanan Terbesar di Bisnis Kredit Mobil

OJK mencatat piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 5,92% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp507,02 triliun per Februari 2025.
Kredit kendaraan bermotor atau kredit mobil/Image by xb100 on Freepik
Kredit kendaraan bermotor atau kredit mobil/Image by xb100 on Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Industri pembiayaan nasional mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan setelah beberapa tahun terakhir mencatatkan pertumbuhan dobel digit. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti kinerja sektor ini ikut tertekan akibat situasi global yang masih bergejolak. Hingga April 2025, laju pertumbuhan industri pembiayaan melandai ke level single digit dan semakin rendah, sejalan dengan berlanjutnya tekanan dari kondisi ekonomi dunia.

Praktisi dan pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody menilai perlambatan ini tidak lepas dari tekanan di sektor otomotif, yang selama ini menjadi tumpuan utama pembiayaan oleh perusahaan multifinance. 

View OJK sudah tepat bahwa industri [multifinance] sedang tertekan dan seperti diketahui, mayoritas pembiayaan masih berkutat dengan jaminan di sektor otomotif, baik roda empat maupun roda dua,” kata Jodjana kepada Bisnis pada Senin (5/5/2025).

Menurutnya, khusus untuk pasar roda empat, penurunan sudah terjadi dalam 3 tahun terakhir dengan angka perlambatan yang mendekati double digit setiap tahun. Sementara itu, untuk kendaraan roda dua sedikit lebih baik dan awal tahun ini juga sampai dengan kuartal I/2025 turun 3%, lebih kecil dari penurunan roda empat yang hampir menyentuh 9%. 

Jodjana menilai, pelemahan daya beli, berkurangnya kelas menengah hingga lebih dari 10 juta orang, serta ketatnya kredit pembiayaan menjadi faktor utama penyebab lesunya sektor otomotif. Situasi global yang penuh ketidakpastian juga membuat pelaku usaha banyak yang menahan ekspansi, yang akhirnya berdampak pada permintaan kendaraan.

Dia menekankan, agar tetap bertumbuh, multifinance harus mulai melebarkan sayap pembiayaan di luar otomotif. 

“Untuk bertumbuh, tentu multifinance harus expand pembiayaan di luar otomotif, dan mesti memilih segmen usaha yang masih tumbuh. OJK memberikan opsi pembiayaan bukan hanya di multiguna, tetapi juga ada pembiayaan investasi dan modal kerja. Pembiayaan jenis ini yang masih terbatas dan perlu dicoba oleh multifinance secara prudent,” tuturnya.

Sementara itu, PT BCA Finance juga sepakat bahwa sektor multifinance nasional tengah menghadapi tekanan berat. Presiden Direktur BCA Finance, Petrus Santoso Karim, menyebut perusahaan penting untuk terus mengedepankan prinsip kehati-hatian. 

“Prinsipnya kami sependapat bahwa situasi ekonomi kita sedang kurang baik, sehingga kita semua harus lebih hati-hati dalam semangat pertumbuhan yang lebih baik. Kondisi ini diharapkan tidak berlangsung terlalu lama, tetapi tetap saja harus diantisipasi dengan baik dan tidak panik,” kata Petrus saat dihubungi Bisnis pada Minggu (4/5/2025).

Dia menambahkan, BCA Finance akan tetap menjalankan manajemen risiko yang disiplin untuk menjaga kualitas aset tetap sehat. 

“Prinsip kehati-hatian yang dijalankan tetap berpegang pada pola manajemen risiko yang sesuai, sehingga diharapkan perusahaan bisa menciptakan portofolio yang sesuai dengan risk appetite yang disepakati,” kata Petrus.

Secara keseluruhan, OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 5,92% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp507,02 triliun per Februari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Januari 2025 yang tercatat 6,04% YoY. 

Pertumbuhan piutang tersebut didukung oleh pembiayaan investasi yang justru tumbuh sebesar 12,98% YoY. Dari sisi risiko, sektor multifinance masih terjaga. Rasio Non Performing Financing (NPF) gross turun menjadi 2,87% pada Februari 2025, dari 2,96% pada Januari 2025. NPF net juga turun tipis ke 0,92% dari 0,93%. Sementara itu, gearing ratio perusahaan pembiayaan masih terjaga di angka 2,20 kali, jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan OJK sebesar 10 kali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper