Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian ekonomi global mulai memberi tekanan pada sektor pembiayaan. Setelah sempat mencatatkan pertumbuhan dobel digit, industri multifinance kini mulai mengalami perlambatan ke level pertumbuhan single digit.
Menghadapi tantangan ini, Direktur Utama PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) Wahyudi Darmawan menegaskan perusahaan mengandalkan strategi penguatan sinergi dengan induk usaha dan melakukan transformasi model bisnis.
“BRI Finance menerapkan strategi untuk menguatkan sinergi dengan BRI sebagai induk perusahaan dengan memanfaatkan potensi nasabah (customer base) BRI yang luas dan dari sisi risiko dinilai lebih rendah. Selain itu transformasi model bisnis juga dijalankan untuk diversifikasi produk pembiayaan agar lebih mengarah ke Captive Market BRI,” kata Wahyudi kepada Bisnis pada Senin (5/5/2025).
Dia mengakui kondisi ekonomi global memengaruhi daya beli masyarakat, yang membuat konsumen menjadi lebih selektif dalam mengambil keputusan pembelian barang, termasuk kendaraan.
Lebih jauh, dia melihat kondisi ekonomi seperti ini juga akan meningkatkan risiko pembiayaan yakni kredit macet yang berpengaruh pada kualitas aset perusahaan.
Untuk menjaga performa bisnis di tengah tantangan tersebut, BRI Finance menyediakan beragam pilihan tenor pembiayaan, baik jangka pendek maupun panjang, guna mengakomodasi preferensi konsumen yang kini cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil komitmen jangka panjang.
Baca Juga
“Oleh sebab itu, BRI Finance menyediakan berbagai pilihan tenor yang dapat dipilih calon debitur baik tenor pendek maupun panjang untuk mengakomodasi preferensi konsumen,” kata Wahyudi.
Selain itu, BRI Finance memperkuat lini pembiayaan produk high-yield, seperti mobil bekas (used car) dan fasilitas dana tunai, sebagai alternatif yang lebih terjangkau bagi konsumen serta sebagai strategi untuk menghindari dampak dari kenaikan suku bunga ekspor-impor yang berimbas pada harga kendaraan baru.
“Agar terhindar dari imbas kenaikan suku bunga ekspor-impor, yang tentunya berpengaruh pada harga kendaraan, BRI Finance menawarkan pembiayaan used car dan fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat,” paparnya.
Dari sisi manajemen risiko, BRI Finance juga menjalankan strategi selective growth guna menjaga rasio kredit macet tetap sehat.
“Untuk menjaga angka NPF (non-performing financing) BRI Finance melakukan selective growth dalam rangka perbaikan kualitas portofolio yaitu melakukan rekomposisi piutang pembiayaan sehingga angka NPF tetap terjaga di bawah 2%,” kata Wahyudi.
Sementara itu, data OJK menunjukkan bahwa meski pembiayaan konsumsi mengalami tekanan, pembiayaan investasi masih tumbuh kuat dengan pertumbuhan 12,98% YoY per Februari 2025.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang perusahaan pembiayaan hanya tumbuh 5,92% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp507,02 triliun per Februari 2025. Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan per Januari 2025 yang tumbuh 6,04% YoY.
Meski demikian, dari sisi risiko, sektor multifinance masih dalam kondisi terjaga dengan rasio Non-Performing Financing (NPF) gross turun menjadi 2,87% per Februari 2025.