Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Citibank Ramal BI Bakal Turunkan Suku Bunga 3 Kali di 2025

Berikut pertimbangan Ekonom Citibank yang memprediksi suku bunga acuan (BI Rate) bakal turun 3 kali pada 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) sebanyak tiga kali pada tahun ini. Total penurunan diperkirakan mencapai 75 basis poin, dari 5,75% menjadi 5%.

“Kami perkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya lima kali tahun ini. Dengan begitu, BI menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali,” ujar Helmi saat ditemui Bisnis, Kamis (24/4/2025). 

Dia menilai permintaan dolar AS saat ini meningkat karena banyak perusahaan dalam negeri sedang mengirim dividen kepada pemegang saham asing.

Proses ini, yang disebut repatriasi dividen yang biasanya terjadi pada bulan April dan Mei. Hal ini membuat kebutuhan dolar naik secara musiman. 

Adapun, repatriasi dividen merupakan proses pengiriman kembali keuntungan (dividen) dari anak perusahaan di suatu negara ke pemegang sahamnya di luar negeri.

Kedua, jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, tekanan terhadap nilai tukar rupiah akan mereda, sehingga BI dapat menurunkan suku bunga tanpa memicu pelemahan rupiah. 

Menurutnya, penurunan suku bunga ini bisa menjadi katalis baru bagi masuknya arus dana ke pasar saham dan obligasi, terutama surat utang bertenor pendek. 

Helmi menjelaskan permintaan terhadap dolar AS meningkat karena musim pembayaran dividen oleh perusahaan dengan pemegang saham asing saat ini. 

Hal ini turut diperkuat oleh ketidakpastian global, termasuk dampak kebijakan ekonomi yang diumumkan mantan Presiden AS  Donald Trump pada awal April lalu, yang memicu revisi proyeksi pertumbuhan global dan menekan pasar saham domestik.

Meski begitu, Helmi menilai cadangan devisa Indonesia relatif aman berkat kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diterbitkan pada Maret lalu. 

“Kebijakan DHE memberikan BI amunisi tambahan untuk menjaga stabilitas pasar valas,” jelasnya.

Dengan berakhirnya musim repatriasi dividen dan potensi pelonggaran moneter The Fed, Helmi memperkirakan tekanan terhadap rupiah akan mereda. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper