Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blak-blakan Bos BCA soal BI Rate hingga Pergerakan Rupiah

Bos BCA Jahja Setiaatmadja mengomentari BI Rate yang ditahan 5,75% dan nilai tukar rupiah terkini, kaitannya dengan kondisi industri perbankan.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan keterangan saat Paparan Kinerja Keuangan BCA. / Bisnis
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan keterangan saat Paparan Kinerja Keuangan BCA. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) alias BCA buka suara perihal tingkat suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate hingga kondisi terkini nilai tukar rupiah.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menilai bahwa keputusan Bank Indonesia yang menahan BI Rate pada April 2025 merupakan bagian dari wewenang bank sentral untuk menjaga stabilitas moneter Tanah Air. Namun, perbankan berharap agar kecukupan likuiditas dapat terjaga.

“Memang kalau bicara likuiditas, secara industri agak lebih naik. Kalau diamati, misalnya LDR [loan to deposit ratio] industri itu bergeser dari 84% pada 2023 sampai tahun lalu [2024] itu 89%. Cukup tinggi,” katanya dalam konferensi pers kinerja kuartal I/2025 BCA secara virtual, Rabu (23/4/2025).

Dia menjelaskan, kondisi LDR normal bagi perbankan berada pada kisaran 82%. Dengan demikian, pada akhir 2024, keadaan likuiditas kian menjauh dari yang diharapkan.

“Artinya likuiditas masih cukup secara industri, tetapi makin ketat,” tuturnya.

Kendati demikian, dia menegaskan bahwa masing-masing bank memiliki kondisi likuiditas tersendiri, yang mana berkaitan dengan komposisi dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.

Jahja menyebut bahwa BCA memproyeksikan pertumbuhan kredit dan DPK yang seimbang pada tahun ini, sehingga risiko likuiditas ketat dapat dikurangi.

Sementara itu, terkait pergerakan rupiah, dia menilai bahwa pelaku bisnis menghadapi ketidakpastian apabila nilai tukar mata uang mengalami gejolak.

Menurutnya, hal itu berdampak besar terhadap aktivitas yang berkait kelindan dengan nilai tukar mata uang asing, seperti ekspor dan impor. Kendati demikian, dia meyakini bahwa BI memiliki upaya tersendiri dalam mengendalikan kurs.

“Jadi saya yakin BI punya kebijakan sendiri, saya tidak berani memberikan forecast mendahului Bank Indonesia. Karena mereka pasti mempunyai data yang lebih lengkap, lebih bisa dianalisis untuk menjaga kebijakan moneter kita,” tuturnya.

Adapun, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI Rate di level 5,75% dalam konferensi pers Rapat Dewan Guberur (RDG) hari ini. Suku bunga Deposit Facility ditetapkan di posisi 5,00% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,50%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.

Dia menyebut bahwa ke depannya, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate lebih lanjut, dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper