Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Bank Jumbo Kuartal I/2025: Laba BBCA Terbesar, Salip BBRI dan BMRI

Tiga bank besar di Indonesia, BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan BCA (BBCA) kerap berkejaran dari sisi raihan laba.
Annisa Sulistyo Rini,Patricia Yashinta Desy Abigail
Jumat, 2 Mei 2025 | 10:45
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan Tanah Air telah merilis kinerja keuangan sepanjang tiga bulan pertama 2025, termasuk bank-bank jumbo. Pada periode ini, Bank Central Asia (BCA) kembali mengungguli kinerja bank BUMN, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri.

BBCA melaporkan laba bersih konsolidasian senilai Rp14,1 triliun pada kuartal I/2025, tumbuh 9,8% secara tahunan (year on year/YoY). Jika dibandingkan dengan bank besar lainnya, BRI membukukan laba bersih konsolidasi Rp13,8 triliun, sedangkan BMRI meraih profit after tax and minority interest (PATMI) senilai Rp13,20 triliun.

Bank swasta terbesar di Indonesia ini pun mencatatkan laba tertinggi pada tiga bulan pertama 2025. Jika ditilik ke belakang, tiga bank besar itu kerap saling berkejaran dari sisi raihan laba.

Dalam tiga tahun belakang, BBRI selalu berada di posisi pertama, sedangkan BMRI dan BBCA saling bergantian di posisi dua dan tiga. Adapun, BCA sebelumnya juga pernah mengungguli laba kedua bank BUMN tersebut pada kuartal I/2021.

Terkait dengan kinerja perseroan pada kuartal I/2025, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

"Momentum ramadan dan Idulfitri berdampak positif ke kinerja kredit BCA. Pelaksanaan BCA Expoversary 2025 turut menopang pertumbuhan kredit perusahaan. Seiring tingginya antusiasme masyarakat pada BCA Expoversary 2025, kami memperpanjang pelaksanaan event ini hingga 30 April 2025," ujar Jahja dalam paparan kinerja pada Rabu (23/4/2025).

Pada kuartal I/2025, BBCA membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,6% YoY menjadi senilai Rp941 triliun. Kenaikan kredit tersebut didukung oleh pendanaan berkelanjutan dengan pertumbuhan CASA sebesar 8,3% YoY menjadi Rp979 triliun. Total DPK BCA tercatat naik 6,5% YoY mencapai Rp1.193 triliun.

Dari segi penerimaan, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA tumbuh 7,1% YoY menjadi Rp21,1 triliun. Pendapatan selain bunga naik 8,1% YoY mencapai Rp6,8 triliun, sehingga total pendapatan operasional Rp27,9 triliun tumbuh 7,4% YoY.

Rasio cost to income BCA berada pada level 28,5% dengan rasio loan at risk (LAR) dan NPL berada pada tingkat terjaga, masing-masing 6% dan 2%. Rasio pencadangan NPL dan LAR ada pada level solid, masing-masing 180,5% dan 66,5%. Laba BCA dan entitas anak tumbuh 9,8%, mencapai Rp14,1 triliun pada kuartal I/2025.

Sementara itu, BRI mengalami koreksi laba sebesar 13,92% YoY yang dipengaruhi oleh pendapatan bunga serta kenaikan kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impairment. Pendapatan bunga BBRI menurut 1,51% YoY menjadi Rp49,83 triliun per kuartal I/2025 dari Rp50,6 triliun pada kuartal I/2024.

Namun demikian, beban bunga terkikis 0,88% menjadi Rp13,98 triliun dari Rp14,11 triliun, sehingga pendapatan bunga bersih perseroan mencapai Rp35,85 triliun dari Rp36,49 triliun setahun sebelumnya. Turunnya laba perseroan juga dipengaruhi kenaikan kerugian penurunan nilai aset keuangan alias impairment 14,58% menjadi Rp12,27 triliun per kuartal I/2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp10,71 triliun.

Selain itu adanya kenaikan pencadangan untuk mengantisipasi kerugian dari kredit yang disalurkan perusahaan sebesar 0,84% menjadi Rp81,57 triliun per kuartal I/2025 dibanding kuartal I/2024 yang sebesar Rp80,89 triliun

BRI turut membukukan penyaluran kredit Rp1.314,59 triliun, tumbuh 1,25% per kuartal I/2024 dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp1.298,31 triliun. Adapun penyaluran kredit untuk UMKM sebesar Rp1.126,02 triliun.

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh BRI mencapai Rp1.421,6 triliun hingga kuartal I/2025. DPK bank pelat merah ini meningkat 4,11% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1.365,45 triliun.

Mengenai kinerja di tengah ketidakpastian global, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bisnis perseroan.

Kinerja Bank Jumbo Kuartal I/2025: Laba BBCA Terbesar, Salip BBRI dan BMRI

ATM BRI/badami.bandung

Menurut Hery, perekonomian global pada kuartal I/2025 masih diliputi ketidakpastian, sebagian besar disebabkan oleh ketegangan geopolitik serta dampak lanjutan dari perang tarif.

Namun, dia menegaskan bahwa mayoritas bisnis BRI bergantung pada permintaan dan konsumsi domestik, sehingga pengaruh perang dagang terhadap kinerja perusahaan maupun ekonomi nasional diperkirakan minim.

“Bisnis BRI sangat bergantung pada permintaan atau konsumsi domestik, sehingga selain dari depresiasi nilai tukar yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak signifikan terhadap kinerja BRI maupun perekonomian Indonesia,” kata Hery dalam Paparan Kinerja Kuartal I/2025, Rabu (30/4/2025).

Sementara itu, kinerja Bank Mandiri terdorong oleh penyaluran kredit konsolidasi yang tumbuh 16,5% YoY menjadi Rp1.672 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan pertumbuhan kredit perseroan tersebar merata di seluruh Indonesia, menunjukkan efektivitas dari strategi ekspansi yang inklusif.

"Selama kuartal pertama 2025, pertumbuhan Bank Mandiri tersebar merata di seluruh wilayah Tanah Air dan juga mencatatkan pertumbuhan kredit dan DPK di atas rata-rata pertumbuhan industri,” ujarnya.

Penyaluran kredit tersebut diiringi dengan rasio kredit bermasalah (NPL) secara bank only yang dijaga pada level 1,01% pada Maret 2025. Hal ini juga berdampak pada perbaikan dari sisi biaya kredit atau Cost of Credit (CoC) yang membaik ke level 0,71% per Maret 2025, dari periode tahun sebelumnya 0,99%.

"Kami terus memperkuat penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan kredit, sekaligus mengoptimalkan pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan seiring dengan percepatan ekspansi di berbagai sektor," tegas Darmawan.

Selanjutnya, penguatan manajemen risiko juga merupakan bagian penting dari strategi ekspansi, tercatat NPL coverage ratio Bank Mandiri secara bank only terjaga pada level 299%, mencerminkan ketahanan finansial yang kuat dalam mengantisipasi risiko kredit.

Menanggapi kinerja tersebut, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan raihan laba Bank BUMN bervariasi dan cenderung menurun pada kuartal I tahun ini.

"Peningkatan beban CKPN sepertinya membuat tekanan pada laba bank BUMN. Penurunan daya beli dan faktor global masih menjadi faktor dominan dalam menekan kinerja keuangan bank," ujarnya saat dihubungi, Rabu (30/4/2025).

Dia memperkirakan ke depannya, apabila daya beli masyarakat membaik dan eksalasi perang tarif melandai, kinerja pada kuartal II bisa lebih baik. "Bank BUMN dapat melakukan ekspansi secara selektif dan menjaga likuiditas tetap baik terutama bila diarahkan untuk mendukung program-program pemerintah," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper