Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Remaja Usia 15-17 Tahun jadi Kelompok dengan Literasi Keuangan Paling Rendah

Indeks literasi keuangan pada kelompok usia 15-17 tahun terendah jika dibandingkan dengan usia produktif lainnya.
Ilustrasi anak muda yang kebingungan lantaran memiliki tunggakan atau utang di pinjaman online atau pinjol. Dok Freepik
Ilustrasi anak muda yang kebingungan lantaran memiliki tunggakan atau utang di pinjaman online atau pinjol. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa kelompok usia remaja 15–17 tahun masih menjadi kelompok dengan indeks literasi keuangan terendah di Indonesia. 

Data hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan, indeks literasi keuangan pada kelompok usia tersebut hanya mencapai 51,86%. Angka tersebut berada jauh di bawah kelompok usia produktif lainnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, merinci bahwa kelompok usia 26–35 tahun, 18–25 tahun, dan 36–50 tahun mencatat indeks literasi keuangan tertinggi, masing-masing sebesar 74,05%, 73,26%, dan 72,12%.

“Sebaliknya, kelompok umur 15-17 tahun dan 51-79 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 51,86% dan 55,03%,” kata perempuan yang akrab disapa Kiki pada Jumat (2/5/2025).

Tak hanya soal literasi, indeks inklusi keuangan kelompok remaja 15–17 tahun juga masih di bawah rata-rata. Dalam survei yang sama, kelompok ini memiliki indeks inklusi sebesar 91,32%. Angka itu lebih rendah dibanding kelompok usia produktif seperti 18–25 tahun yang mencatat inklusi keuangan sebesar 95,07%, dan kelompok 36–50 tahun sebesar 94,11%.

Selain dari segi usia, Kiki juga menjelaskan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia berkorelasi kuat dengan pendidikan dan jenis pekerjaan.

Berdasarkan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, kelompok pegawai/profesional, pensiunan/purnawirawan, dan pengusaha/wiraswasta mempunyai indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 85,80%, 74,11%, dan 73,96%.

Sebaliknya, kelompok tidak/belum bekerja, petani/peternak/pekebun/nelayan, dan pekerjaan lainnya memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 49,46%, 59,32%, dan 60,31 %.

Selanjutnya, kelompok pensiunan/purnawirawan, pegawai/profesional, dan pengusaha/wiraswasta juga memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 100%, 98,15%, dan 95,21%.

Lalu, kelompok tidak/belum bekerja, petan/peternak/pekebun/nelayan dan pekerjaan lainnya memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 84,04%, 87,56% dan 92,29%.

Berdasarkan gender, lanjut Kiki, indeks literasi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan masing-masing sebesar 67,53% dan 65,73%.

“Sedangkan, indeks inklusi keuangan laki-laki dikatakan sebanding dengan perempuan, masing-masing 92,58% dan 92,89%,” kata Kiki. 

Secara keseluruhan, OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan pada indeks literasi dan inklusi keuangan nasional pada 2025. Indeks literasi keuangan kini mencapai 66,46%, naik dari 65,43% pada 2024. Sementara itu, indeks inklusi keuangan melonjak menjadi 80,51% dari sebelumnya 75,02%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper