Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) mengambil langkah strategis untuk menyiasati tekanan pada sektor rumah tangga di tengah tren kenaikan rasio kredit bermasalah, yakni dengan memperketat seleksi dan penilaian kredit pada pembiayaan konsumtif.
“Segmen rumah tangga memang rentan terhadap tekanan ekonomi saat ini dan sebagai langkah mitigasi kami memperkuat proses seleksi dan penilaian kelayakan kredit khususnya pada segmen rumah tangga yang menunjukkan peningkatan potensi risiko,” ujar Consumer Lending Business Head Bank Danamon Enriko Sutarto kepada Bisnis, Jumat (27/6/2025)
Menurut Enriko, langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Danamon dalam menjaga kualitas portofolio kredit dan memastikan stabilitas keuangan tetap terjaga. Pendekatan selektif ini juga menjadi bentuk kehati-hatian perseroan dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berkembang.
Sebagai bagian dari Grup Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), kata Enriko, Danamon turut memanfaatkan jaringan global dan kapabilitas internasional untuk memperkuat daya saing layanan keuangan yang berkelanjutan.
“Kolaborasi ini memungkinkan kami menjangkau segmen nasabah yang lebih luas dengan solusi yang relevan,” ujarnya.
Tekanan pada Konsumsi Mulai Terasa
Sejumlah indikator menunjukkan pelemahan konsumsi rumah tangga. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2025 turun ke level 117,5, terendah sejak September 2022. Ini menggambarkan melemahnya persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
Baca Juga
Pada saat yang sama, NPL sektor rumah tangga meningkat ke 2,33% per April 2025. Kenaikan ini menjadi sinyal awal ketegangan keuangan, bahkan di tengah pertumbuhan kredit konsumsi secara nominal. Kondisi ini juga tercermin di pasar modal, di mana indeks sektor konsumsi mencatat kinerja terburuk sepanjang tahun berjalan.
Dampaknya juga mulai terasa di sektor keuangan. Rasio kredit bermasalah atau NPL untuk sektor rumah tangga mencapai 2,33% per April 2025, level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Ini terjadi di tengah pertumbuhan kredit konsumsi yang masih naik secara nominal, menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mulai kesulitan membayar kembali kewajibannya.
Ini menjadi tanda awal dari ketegangan keuangan di level rumah tangga. Kondisi ini diperburuk oleh performa pasar saham sektor konsumsi. Hingga Rabu (18/6/2025), IDX Sector Consumer Cyclicals terkoreksi hingga 12,85% (year to date/YtD), menjadi yang terburuk di antara seluruh indeks sektoral.
Consumer Non-Cyclicals juga terkoreksi 7,50% (YtD), mengindikasikan bahwa bukan hanya belanja tersier, tetapi juga konsumsi primer ikut terimbas. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, indeks konsumsi selalu berada di posisi terbawah, menandakan belum adanya pemulihan sentimen jangka pendek.