Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aviliani Peringatkan Risiko Pengetatan Likuiditas & Depresiasi Rupiah

Kondisi ketidakpastian geopolitik menjadi penyebab adanya perpindahan likuiditas yang cukup cepat. Ekonom Senior Indef Aviliani menuturkan perpindahan tersebut akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.
Ekonom Indef, Aviliani. /Bisnis.com
Ekonom Indef, Aviliani. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi ketidakpastian geopolitik menjadi penyebab adanya perpindahan likuiditas yang cukup cepat. Ekonom Senior Indef Aviliani menuturkan perpindahan tersebut akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

"Jadi gini, kita harus mewaspadai nilai tukar rupiah, yang paling kena dampak itu bukan hanya Indonesia tapi seluruh dunia karena hampir 50% orang yang punya uang itu [investasi] short-term. Jadi misalnya dia taruh uang di Indonesia sebentar lalu ke Jepang lalu pindah lagi . Nah yang seperti itu akan mempengaruhi mata uang," katanya di Grand Sahid, Selasa (12/12).

Oleh karena itu, Aviliani meminta agar di tengah ketidakpastian situasi geopolitik tersebut, pemerintah bisa menjaga pergerakan nilai tukar rupiah mengingat hal itu berdampak pada inflasi.

"Nah Bank Indonesia kalau kita lihat sekarang sudah mempersiapkan diri dengan berbagai kebijakannya untuk melihat fluktuasi ini. Saya rasa sekarang BI sudah banyak melakukan, makanya rupiah kita walaupun bergejolak tapi relatif enggak terlalu tinggi kan."

Sementara itu, Aviliani menilai kondisi perpindahan uang yang cukup cepat akan berlangsung paling tidak dalam dua dekade. Hal ini dikarenakan dua faktor, pertama menurunnya demand dunia 50% seiring dengan adanya krisis di AS dan EROPA.

"Untuk naik lagi ke 50% itu kan butuh dua dekade artinya bahwa kelahiran baru populasi baru jadi masih lama. Nah orang kenapa enggak mau investasi? Ini masalah demand side bukan supply side."

Aviliani menambahkan, oleh sebab itu, saat ini banyak negara yang membangun secara besar-besaran infrastruktur yang membuka lapangan kerja untuk menciptakan demand side. "Jadi saya rasa memang ketidakseimbangan di dunia ini masih terus terjadi."

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper