Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi jiwa di dalam negeri menghadapi tantangan beruntun seiring dengan tren penyusutan jumlah nasabah tertanggung, baik dari segmen kumpulan maupun perorangan serta merosotnya kinerja.
Kinerja industri asuransi jiwa menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Selasa (28/8/2018). Ini laporan lengkapnya.
Data kinerja semester I/2018 yang dirilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada Senin (27/8) menunjukkan, jumlah nasabah tertanggung turun hingga 9% secara year on year (yoy), dari 58,51 juta jiwa pada semester I/2017 menjadi 53,27 juta jiwa pada semester I/2018.
Adapun, jumlah tertanggung kumpulan susut lebih tajam dibandingkan perorangan, yakni susut 12,2% (yoy) menjadi 35,84 juta orang dari sebelumnya 40,85 juta orang. Sementara itu, tertanggung perorangan tercatat berjumlah 17,43 juta orang atau turun 1,3% (yoy) dibandingkan dengan semester I/2017 sebesar 17,66 juta.
Ini bukan pertama kalinya jumlah tertanggung asuransi jiwa menurun. Pada semester I/2016, jumlah tertanggung asuransi jiwa juga berkurang, meskipun hanya 0,1%. Ketika itu, penyusutan terbesar juga berasal dari segmen kumpulan yang berkurang hingga 6,4%.
Sementara itu, total pendapatan industri juga ikut menyusut 22,9% (yoy), dari Rp116,35 triliun pada semester I/2017 menjadi Rp89,73 triliun pada semester I/2018.
Pengamat asuransi sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko & Asuransi (Stimra) Jakarta Hotbonar Sinaga berpendapat tren penurunan jumlah tertanggung yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang, disebabkan oleh faktor eksternal berupa kondisi ekonomi yang masih lesu. Selain itu dia juga memandang adanya peralihan nasabah dari produk tradisional ke produk yang mengandung investasi atau unit link.
“Jadi kalau asuransi tradisional memang tidak mengalami peningkatan karena keadaan ekonomi masih belum pasti,” katanya kepada Bisnis, Senin (27/8/2018).
Selain itu, Hotbonar mengatakan literasi asuransi juga harus diperluas untuk memperdalam penetrasi pasar.
Pasalnya, stakeholder berharap penetrasi asuransi jiwa dapat mencapai 10%--15% dari total penduduk. Namun, data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tersebut menunjukkan bahwa penetrasi asuransi jiwa, yang dilihat dari besarnya jumlah tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk, menunjukkan angka 6,6%.
Dia mengatakan, literasi mengenai asuransi terutama harus ditingkatkan di kawasan Indonesia timur yang rata-rata memiliki pendapatan per kapita yang masih rendah.
Sebaliknya, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan jumlah tertanggung berkurang karena banyak nasabah perorangan maupun kumpulan yang melakukan klaim tebus. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya klaim tebus dan proporsinya terhadap total klaim. Adapun, total klaim dan manfaat hingga Juni 2018 mencapai Rp60,78 triliun, tumbuh 14,5% (yoy).
“Nilai tersebut meningkat 16,2% menjadi Rp34,80 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp29,96 triliun,” katanya, kemarin.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menambahkan, penurunan jumlah tertanggung tersebut tidak sebanding dengan kenaikan jumlah polis baru. Dia menjelaskan, jumlah tertanggung dalam satu polis asuransi kumpulan bisa jadi ribuan, bergantung pada jumlah karyawan perusahaan yang menjadi pemegang polis. Namun demikian, pemegang polis dari jumlah tertanggung tersebut hanyalah satu.
“Jumlah tertanggung menurun karena banyaknya polis yang maturity dan polis yang diambil nilai tunainya. Penurunan tidak sebanding dengan kenaikan jumlah pemegang polis baru,” katanya.
Lebih lanjut, Hendrisman menegaskan, penurunan jumlah tertanggung tersebut tidak disebabkan adanya asuransi sosial dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
“BPJS itu wajib dan asuransi itu in top dari itu,” ujarnya.
Penyusutan jumlah tertanggung asuransi jiwa terjadi di tengah tren pertumbuhan agen berlisensi yang bertugas memasarkan produk asuransi. Data AAJI menunjukkan, jumlah agen asuransi jiwa berlisensi hingga Juni 2018 mencapai 603.605 orang, tumbuh 5,7% dibandingkan dengan Juni 2017 sebanyak 571.117 orang.
Meski industri asuransi jiwa mengalami penurunan jumlah tertanggung, PT Asuransi Jiwa Taspen atau Taspen Life dapat mempertahankan pertumbuhan jumlah pemegang polisnya.
Direktur Utama Taspen Life Maryoso Sumaryono mengatakan, jumlah peserta atau tertanggung Taspen Life mencapai 550 ribu per Agustus 2018.
“Kecenderungannya naik setiap tahun sekitar 7%,” kata Maryoso.
Kenaikan jumlah tertanggung juga dialami PT Asuransi Jiwa Generali. Chief Marketing and Product Management Generali Indonesia Vivin Arbianti mengatakan, jumlah peserta perorangan atau individu berada di angka 100.000 dan selalu bertumbuh dari tahun ke tahun.
HASIL INVESTASI
Sementara itu, anjloknya hasil investasi pelaku usaha asuransi jiwa telah menyebabkan total pendapatan industri turun hingga dua digit, yaitu 22,9%. Kenaikan tipis pendapatan premi tidak mampu mendorong total pendapatan.
“Perlambatan total pendapatan disebabkan hasil investasi yang negatif sepanjang semester I/2018. Namun demikian, komponen total pendapatan premi bertumbuh sangat baik,” kata Hendrisman Rahim.
Dia menjelaskan faktor utama penurunan hasil investasi karena kondisi investasi Indonesia yang kurang kondusif sejak awal tahun ini.
Menurutnya, penurunan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku industri terutama menjelang tahun politik yang biasanya berdampak signifikan pada iklim investasi dan ekonomi.
Dia pun mengaku optimistis hasil investasi akan kembali membaik pada akhir kuartal III/2018 sampai akhir tahun 2018.
Melihat penurunan hasil investasi, Hendriman memperkirakan pelaku industri akan mengalihkan sebagian dana investasinya ke instrumen yang relatif lebih stabil yakni reksa dana.