Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUKU BUNGA: Penurunan masih tunggu situasi Pasar

JAKARTA: Perbankan masih melihat perkembangan pasar pasca Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 basis points, menjadi 5,75%.

JAKARTA: Perbankan masih melihat perkembangan pasar pasca Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 basis points, menjadi 5,75%.

 

Bila pasar belum dapat menurunkan biaya dana dalam penghimpunan dana masyakarat, maka suku bunga kredit masih sulit turun.Erzon, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Riau dan Kepulauan Riau (Bank Riau), belum bisa memastikan untuk menurunkan suku bunga kredit pasca penurunan suku bunga acuan (BI Rate) 25 bps pada pekan lalu.“Kami akan melihat perkembangan di pasar,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini, Minggu 12 Februari 2012.Menurut dia, penurunan BI rate bisa berdampak terhadap bunga kredit secara menyeluruh apabila perbankan bisa secara bersama-sama menurunkan bunga untuk penghimpunan dana.“Jadi kuncinya sebenarnya adalah bagaimana kebijakan penurunan BI Rate tersebut dapat mendorong penurunan biaya dana. Biaya dana turun maka bunga kredit juga akan ikut turun,” jelasnya.Selama ini, suku bunga simpanan dari perbankan lebih banyak mengacu pada suku bunga penjaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS Rate) dibandingkan dengan BI Rate.  LPS Rate saat ini masih sebesar 6,5% dan rerata suku bunga deposito industri perbankan pada Januari lalu sebesar 6,56%.Sebelumnya BI mengkritik LPS Rate dapat menghambat penurunan bunga kredit karena perbankan mengacu pada instrument itu dalam menentukan bunga deposito.Sementara itu dari perbankan syariah berpendapat bahwa penurun tingkat margin pembiayaan tidak akan dirasakan seketika oleh nasabah.“Kalau turun secara cepat, kami pikir tidak mungkin. Penurunan terjadi secara gradual dan perlu waktu paling tidak 4 bulan—6 bulan,” ujar Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis PT Bank Negara Indonesia Syariah.Dia menjelaskan saat ini perseroan masih menghitung kemungkinan penurunan biaya dana pasca BI Rate turun. “Kami juga melihat situasi di pasar. Kalau biaya dana bisa turun maka margin pembiayaan akan turun,” ujarnya.Pembiayaan murabahah berbasis margin di industri perbankan syariah masih mendominasi dibandingkan dengan skema bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan murabahah memiliki porsi sekitar 55% dari total portofolio pinjaman.Meski demikian, dia pesimis perbankan syariah bisa memberikan margin pembiayaan single digit atau di bawah 10%, karena hal tersebut bukan hanya tergantung pada biaya dana tapi juga premi risiko dari masing-masing debitur.Saat ini, BNI Syariah memiliki struktur biaya murah sedikit lebih banyak dari dana mahal  dengan komposisi 52%:48%. Pada tahun ini, anak usaha Bank Negara Indonesia ini, akan terus berupaya meningkatkan dana murah meskipun ada risiko pertumbuhan DPK akan terhambat. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper