Bisnis.com, JAKARTA – Industri financial technology (fintech) peer-to-peer (P2P) lending alias pinjaman online (pinjol) punya pekerjaan rumah yang berat untuk mendongkrak porsi pembiayaan ke segmen produktif dan UMKM. Tantangan itu semakin berat di tengah situasi perekonomian yang sedang melemah.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Ronald Andi Kasim mengatakan pada prinsipnya pihaknya berkomitmen mendukung pemerintah dan regulator untuk mengembangkan produk pinjaman bagi sektor produktif.
AFPI juga terus mendorong para anggotanya untuk mengembangkan produk yang ditujukan kepada sektor produktif, khususnya kepada UMKM dan ultra mikro.
"Kendati demikian, kami juga terus mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pinjaman guna menghindari potensi kredit macet melalui analisis dan teknologi yang ada," kata Ronald kepada Bisnis, Jumat (16/5/2025).
Selain itu, Ronald menyatakan bahwa AFPI dan seluruh anggotanya senantiasa mencermati dinamika makroekonomi, baik domestik maupun global.
"Kami menyadari bahwa dinamika perekonomian ini dapat mempengaruhi kondisi penyaluran pinjaman platform pinjaman ke sektor produktif," ujarnya.
Baca Juga
Untuk meningkatkan porsi pinjaman produktif, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini memberikan kesempatan bagi perusahaan penyelenggara fintech P2P lending yang sebelumnya fokus pada pinjaman konsumtif dapat mengalihkan fokus bisnisnya ke pinjaman sektor produktif.
Atas arahan tersebut, Ronald menegaskan AFPI membebaskan para anggotanya dalam melakukan rencana bisnisnya, baik di pinjaman multiguna (konsumtif), pinjaman produktif, maupun keduanya.
Ronald juga menegaskan pihaknya optimistis bahwa sinergi yang baik antara industri fintech P2P lending dan regulator akan memperluas akses ke sektor produktif yang lebih besar, inklusif, dan berkelanjutan.
"Namun kami dapat sampaikan bahwa dibutuhkan edukasi dan kerja sama yang lebih erat dengan komunitas UMKM dan bisnis lainnya dalam mengembangkan produk di sektor produktif," tandasnya.