Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSI KORPORASI: Syariah Mandiri turunkan porsi korporasi

 

 

JAKARTA: PT Bank Syariah Mandiri, bank syariah terbesar di Indonesia, akan menurunkan porsi pembiayaan korporasi pada tahun ini, sebagai bagian dari strategi peningkatan pinjaman ritel.

 

“Porsi pembiayaan korporasi diharapkan sebesar 26% dibandingkan dengan total portofolio di 2012. Pada tahun lalu porsinya masih 28%,” ujar Amran Nasution, Direktur Korporasi Bank Syariah Mandiri (BSM), pekan lalu.

 

Dengan target tersebut, jelasnya, maka pertumbuhan pembiayaan korporasi pada tahun ini tidak akan sekencang pinjaman ritel yang otomatis porsinya diharapkan meningkat.

 

“Itu baik menurut kami karena 50 debitur terbesar tidak menguasai banyak portofolio di bank,” jelasnya.

 

Anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini menargetkan menyalurkan pembiayaan baru pembiayaan korporasi pada tahun ini sebesar Rp4 triliun ditambah pinjaman sindikasi sebesar Rp2 triliun.

 

Beberapa sektor yang menjadi sasaran dari bank syariah yang berdiri pada 1999 ini adalah minyak dan gas, infrastruktur dan konstruksi pembangunan.

 

Adapun target ekspansi pembiayaan secara keseluruhan mencapai 25% dibandingkan dengan akhir tahun lalu. BSM kerap menetapkan target yang lebih rendah dibandingkan dengan industri maupun kinerja tahun sebelumnya.

 

BSM memiliki total portofolio pembiayaan korporasi pada tahun lalu sekitar Rp8 triliun, yang terdiri atas pinjaman bilateral sebesar Rp5 triliun, obligasi Rp2 triliun dan sindikasi Rp1 triliun.

 

Sebagian pinjaman tersebut disalurkan untuk membiayai proyek pipanisasi gas dan pembangkit listrik tenaga uap.

 

Hingga akhir 2011, segmen korporasi mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) sebesar 2,9%. Namun, menurut Amran, NPF tersebut adalah kontribusi dari pembiayaan lama.

 

Selama ini, bank yang dipimpin oleh Yuslam Fauzi sebagai Direktur Utama itu, menjaga portofolio ritel tetap dominan karena memiliki imbal hasil yang lebih tingi serta penyebaran risiko yang lebih merata karena pinjaman tidak bertumpu pada satu dua debitur.

 

Namun, bank yang fokus pada ritel kerap mengeluarkan biaya operasional lebih tinggi dibandingkan dengan bank yang ddidominasi oleh pembiayaan korporasi.

 

Hingga akhir 2011, BSM mencatatkan portofolio pembiayaan sebesar Rp36,7 triliiun, meningkat 53% dibandingkan dengan akhir 2010 yang sebesar Rp23,97 triliun.

 

Perseroan juga mencatatkan DPK sebesar Rp42,62 triliun, tumbuh 46,96% dibandingkan dengan akhir 2010 Rp29 triliun. Kinerja tersebut mendorong peningkatan total aset menjadi Rp48,83 triliun, dari akhir 2010 yang sebesar Rp32,48 triliun. (ea)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper