TANGERANG: Setelah sempat tertunda sejak akhir tahun lalu, PT Bank Chinatrust Indonesia akhirnya akan meluncurkan layanan anjungan tunai mandiri pada April.
Nuniek S. Winarni, Segment and Marketing Planning Retail Banking Group Bank Chinatrust Indonesia (BCI), mengatakan perseroan sebenarnya telah mengantongi izin dari Bank Indonesia (BI) untuk membuka layanan anjungan tunai mandiri (ATM) sejak tahun lalu.
“Namun kami menunggu Bank Indonesia mengeluarkan aturan BI tentang implementasi chip tentang di kartu ATM sehingga baru akan diluncurkan pada April mendatang,” ujar di sela-sela acara customer gathering dengan tema Chinese Culture and Heritage Exploration di Benteng Heritage, Tangerang, Rabu 14 Maret 2012.
Dia menjelaskan pembukaan layanan ATM merupakan salah satu strategi perseroan dalam meningkatkan nasabah ritel yang telah dikembangkan oleh BCI sejak 2009 lalu. “Sebelumnya kami lebih banyak fokus di korporasi, namun sejak 2009 kami mulai menyasar ritel sesuai dengan rencana bisnis dari induk usaha kami di Taiwan,”
BCI merupakan anak usaha dari Chinatrust Commercial Bank yang berbasis di Taiwan. BCI sebenarnya memiliki rencana untuk meluncurkan layanan ATM pada November 2011 lalu, setelah menandatangani kerja sama dengan PT Rintis Sejahtera yang mengelola jaringan ATM Prima.
"ATM kami nanti akan terhubung dengan jaringan Prima, sehingga bisa terkoneksi dengan sejumlah bank besar yang sebelumnya telah menjadi anggota ATM Prima."
Bank yang mulai beroperasi sejak 1997 ini juga akan memperkuat penyaluran pembiayaan konsumer dengan bertumpu pada kredit pemilikan rumah dan kredit tanpa agunan.
Tumbuh 50%
Ari Purnomo, Consumer Lending Group Head BCI, menjelaskan perseroan menargetkan pertumbuhan sebesar 50% pada kredit konsumer pada tahun ini, dibandingkan dengan outstanding 2011 sebesar Rp350 miliar.
“Dari total portofolio kredit konsumer sebesar 30% merupakan KPR dan sisanya adalah KTA. KPR kami belum besar karena baru berjalan selama 1 tahun,” jelas Ari.
Pertumbuhan kelas menengah yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir, menurut dia, merupakan keuntungan bagi perseroan untuk meningkatkan kredit konsumer. “Kami akan berebut kue dalam kredit konsumer yang selama ini telah dinikmati oleh bank lain,” jelasnya.
Adapun untuk strategi, jelasnya, perseroan akan menyasar pada segmen nasabah yang potensial serta melakukan diversifikasi produk yang dibutuhkan oleh nasabah. “Kami juga akan melakukan ekspansi melalui perluasai area bisnis,” jelasnya.
Pemasaran pada segmen yang tepat, diharapkan bisa menekan rasio kredit bermasalah yang sering melanda kredit konsumer khususnya KTA. “Risiko kredit itu tidak bisa dihilangkan, namun bisa kami minimalisasi,” jelasnya.
Pada KTA, jelasnya, perseroan memiliki dua produk yakni personal loan untuk segmen nasabah perorangan dan salary loan untuk pegawai yang bekerja pada perusahaan yang telah bekerja sama dengan BCI.
Adapun untuk KPR, jelasnya, perseroan menyasar pada rumah bekas pakai (secondary home) mengingat pasarnya cukup potensial dibandingkan dengan rumah baru.
“Sebanyak 65% dari penjualan rumah adalah secondary home dan sisanya rumah baru dari developer Kami mau fokus kesana karena opportunity cukup bagus..”
Berdasarkan data BI yang belum diaudit, BCI meraih laba bersih sebesar Rp181,76 miliar pada akhir 2011, meningkat hampir 9% dibandingkan akhir 2010 yang sebesar Rp168,03 miliar. Perseroan membukukan penyaluran kredit sebesar Rp4,12 triliun serta mencatat aset sebesar Rp5,99 triliun pada akhir 2011. (ea)