JAKARTA: PT Bank Syariah Mandiri (BSM) membutuhkan tambahan modal Rp1 triliun untuk memperkuat capital adequacy ratio yang diprediksi akan tergerus akibat ekspansi pembiayaan yang tinggi.
Yuslam Fauzi, Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, mengatakan penambahan modal diperkirakan dilaksanakan menjelang akhir tahun melalui dua mekanisme, yakni suntikan dari PT Bank Mandiri Tbk sebagai induk usaha maupun penerbitan surat utang jangka menengah subordinasi (subordinated notes).
“Kebutuhannya tambahan modal sebesar Rp1 triliun dan akan dipenuhi 50%:50% dari suntikan modal dan penerbitan ,” ujarnya kepada Bisnis hari ini, Rabu 18 April 2012.
Kebutuhan tambahan modal tersebut diperlukan untuk mendukung kesinambungan ekspansi pembiayaan pada tahun berikutnya. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR), bank syariah terbesar di Indonesia ini kerap tergerus secara cepat akibat ekspansi pembiayaan yang tinggi.
Zainal Fanani, Direktur Kepatuhan sekaligus Chief Financial Officer BSM, mengatakan perseroan menargetkan ekspansi pembiayaan sebesar 25% selama tahun ini, dibandingkan dengan akhir 2011 Rp36,72 triliun.
“Pada akhir 2011 CAR kami 14,57% dan dengan perkembangan bisnis selama tahun ini kami prediksi CAR bisa dipertahankan di atas 12%,” ujarnya.
Selama 2011 CAR BSM meningkat dari 10,6% menjadi 14,57%, yang ditopang oleh suntikan modal dari Bank Mandiri Rp500 miliar yang diberikan dua kali, yakni pada pertengahan Maret 2011 dan akhir Desember 2011.
Penambahan modal itu meningkat modal disetor BSM menjadi Rp1,16 triliun pada akhir 2011, dibandingkan dengan 2010 yang tercatat Rp658,24 triliun.
Selain itu, BSM juga menerbitkan subnotes sebesar Rp500 miliar dengan jangka waktu 10 tahun, pada akhir tahun lalu. Subnotes tersebut diperhitungkan sebagai modal pelengkap bawah (lower tier II), yang bisa diterbitkan maksimal 50% dari total modal inti. (sut)