BISNIS.COM, JAKARTA—Setelah sempat diperpanjang untuk sementara waktu, Karen Agustiawan resmi diangkat kembali menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) definitif untuk periode 2013—2018.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan surat keputusan (SK) pengangkatan kembali Karen sebagai Dirut Pertamina telah ditandatanganinya, Senin (3/6) lalu.
Meski sebelumnya sempat menolak, akhirnya Kementerian BUMN tetap memilihnya sebagai pucuk pimpinan perusahaan energi terbesar nasional itu.
“Bu Karen ingin berhenti memimpin Pertamina karena ingin fokus mengurus keluarga. Dia bilang mau menjadi ibu yang sempurna bagi keluarganya,” ujar Dahlan usai menghadiri Malam Penghargaan BUMN The Best PR and Program, di Jakarta, Rabu malam (5/6/2013).
Dahlan mengakui dirinya sempat dilematis dengan alasan Karen tersebut. Sebab, perempuan kelahiran 19 Oktober 1958 itu merupakan seorang ibu dengan tugas membesarkan serta mendewasakan anak-anaknya.
Akan tetapi, di lain pihak, Pertamina memiliki tugas yang besar dan membutuhkan pemimpin yang tepat. “Akhirnya, Bu Karen mau karena kita memerlukan orang yang berani mengambil keputusan,” tegasnya.
Dalam sejarah berdirinya Pertamina, perusahaan pelat merah itu tidak pernah ada satu figur yang memiliki rekor jabatan selama beberapa periode.
Bahkan, mereka biasanya hanya menduduki posisi top eksekutif itu kurang dari masa periodenya, yakni 4 tahun. Sebut saja, Soegijanto yang hanya menjabat 2 tahun dari 1996—1998, Martiono Hadianto (1998—2000), Baihaki Hakim (2000—2002), Arifin Nawawi (2002—2004), Widya Purnama (2004—2006), dan pendahulu Karen, Ari Hernanto Soemarno (2006—2009).
Posisi tertinggi di BUMN terbesar nasional itu tidak akan pernah lepas dari percaturan politik nasional, terkait dengan kebijakan yang diambil dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji.
Karen bukan sembarang orang. Sebelum menjadi Dirut Pertamina periode 2009—2013, perempuan 52 tahun itu menduduki Direktur Hulu Pertamina yang menangani eksplorasi minyak perusahaan milik negara terbesar di Indonesia tersebut.
Karen pun menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan Dirut Pertamina. Saat itu, dia diharapkan dapat menyelesaikan persoalan distribusi minyak dan gas yang dianggap bermasalah.
Oleh karena perannya yang sangat strategis dalam mengelola Pertamina, perempuan kelahiran 19 Oktober 1958 itu pun menempati urutan teratas daftar 50 wanita pelaku bisnis paling kuat di Asia versi majalah bisnis Forbes.
Mulai Rabu, 6 Maret 2013, Karen kembali menjabat sebagai orang nomor satu di Pertamina, meski dengan perpanjangan sementara.
Sesuai dengan jadwal, posisi Karen sebagai direktur utama habis pada Selasa, 5 Maret 2013. Masa jabatannya saat itu tidak ada batas waktu, tetapi bisa diganti sewaktu-waktu. (ra)