BISNIS.COM JAKARTA -Bank Indonesia dinilai perlu menaikan suku bunga acuan 50 basis points menjadi 6,5% guna menekan ekspektasi inflasi.
"Pada hari ini sebenarnya para analis pasar modal sudah memprediksi BI Rate akan segera dinaikan besok," ujar Dirut Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Bien Subiantoro, Rabu (10/7/2013).
Menurutnya, kenaikan BI Rate 25 basis points belum cukup untuk menahan laju inflasi bulanan yang diprediksi mencapai 2,38% selama Juli 2013, sementara inflasi tahunan bisa menembus 7,5%. "Mungkin dibutuhkan kenaikan BI Rate 50 bps," tuturnya.
Sebenarnya, kata dia, ada beberapa instrumen moneter yang bisa digunakan dalam meredam kenaikan inflasi dan penurunan nilai tukar rupiah, yakni kenaikan suku bunga hingga intervensi valuta asing menggunakan cadangan devisa.
"Namun kebijakan paling cocok saat ini adalah kenaikan BI Rate," ujarnya.
Menurut Bien, BI Rate akan mendorong kenaikan bunga deposito perbankan nasional. BJB juga bersiap menaikan bunga deposito mengikuti peningkatan BI Rate.
"Saat ini bunga deposito kami sampai 7%, ada pelunga akan naik di atas 7%, namun itu tergantung kenaikan BI Rate," ujarnya.
Meski demikian, dia menjanjikan bunga kredit tidak akan naik karena dapat membebani nasabah dan meningkatkan rasio kredit bermasalah (NPL).
"Sektor riil saat ini sudah mendapatkan beban akibat kenaikan BBM, kalau bunga kredit naik maka beban mereka akan nambah sehingga dapat memicu NPL," ujarnya. (ra)
Kamis (11/7) besok, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur bulanan guna membahas perkembangan ekonomi aktual. Meski belum memberikan pernyataan tegas tentang kenaikan suku bunga, namun bank sentral mengatakan akan memperkuat bauran kebijakan guna mencapai target inflasi dan kestabilan nilai tukar.