Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Optimistis Tekanan Rupiah Mereda pada Kuartal III

Bisnis.com, JAKARTA--Meski nilai impor diproyeksikan meningkat akibat langkah stabilisasi harga pangan, Bank Indonesia (BI) optimistis tekanan rupiah akan mulai mereda pada kuartal ketiga didorong tambahan devisa dari penerbitan surat utang pemerintah.

Bisnis.com, JAKARTA--Meski nilai impor diproyeksikan meningkat akibat langkah stabilisasi harga pangan, Bank Indonesia (BI) optimistis tekanan rupiah akan mulai mereda pada kuartal ketiga didorong tambahan devisa dari penerbitan surat utang pemerintah.

"Secara historis, defisit neraca pembayaran kita akan mengecil pada kuartal ketiga. Seharusnya nilai tukar rupiah menjadi lebih baik," ujar Difi A Johansyah, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Rabu (24/7/2013).

Selain itu, lanjutnya, penerbitan surat utang atau obligasi pemerintah juga diperkirakan akan menambah devisa negara, sehingga turut mendorong perbaikan nilai tukar rupiah. Sayang, dia tidak menjelaskan nilai kisaran penambahan terhadap devisa negara tersebut.

Seiring dengan penguatan rupiah, Bank Indonesia juga optimistis proyeksi inflasi Juli berada di level 2,38%. Menurutnya, sektor transportasi kini menjadi perhatian BI mengingat ikut berdampak terhadap kenaikan inflasi pada Juli ini.

"Kami masih optimis inflasi Juli di level 2,38%. Walau begitu, ada beberapa hal yang menjadi kendala terutama terkait transportasi, kami harap pemerintah bisa ikut turun tangan, karena mempengaruhi inflasi juga," tuturnya.

Di tempat yang sama, Denni P. Purbasari, Dosen FEB Universitas Gajah Mada menilai ketidakelastisan dan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang terus meningkat mendongkrak tingkat inflasi, sehingga peran impor untuk meredam kenaikan inflasi menjadi pilihan terbaik.

"Untuk meredam kenaikan inflasi akibat harga pangan pokok, seharusnya ada relaksasi impor, walaupun hanya bersifat jangka pendek. Untuk jangka panjang yakni swasembada pertanian, namun hingga saat ini sulit terpenuhi," ujarnya.

Menurutnya, rencana pembatasan impor yang dilakukan pemerintah justru menjadi bumerang terhadap stabilitas harga pangan, sehingga menimbulkan kelangkaan bahan pokok di pasar. Apalagi, konsumsi masyarakat semakin tinggi menjelang lebaran tahun ini.

Dia menilai pola konsumsi masyarakat khususnya perkotaan tidak mengenal istilah substitusi, sehingga ini juga menjadi alasan kenaikan harga bahan pangan. Adapun, dia juga berpendapat kenaikan rata-rata upah minimun buruh sebesar 19% turut berdampak terhadap inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper