Bisnis.com, JAKARTA - Aksi merger PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) dan PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) dengan Adira Finance sebagai perusahaan eksisting menjadi penyulut keyakinan investor atas kondisi bisnis di Tanah Air.
Berdasarkan prospektus ADMF yang dipublikasikan harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (30/4), penggabungan antara ADMF dan MFIN ini merupakan inisiatif strategis yang bertujuan untuk memperkuat posisi pasar ADMF di industri pembiayaan otomotif, khususnya di timur Indonesia. Sementara itu, bagi MFIN, penggabungan ini menjadi langkah strategis menciptakan pembiayaan yang lebih kuat dan tangguh, yang dapat melayani pelanggan dan pemangku kepentingan di industri pembiayaan otomotif dengan lebih baik.
Atas aksi korporasi ini, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut sebagai langkah positif di tengah tantangan yang tengah dihadapi industri. MUFG tercatat menjadi pemegang saham utama dalam ekosistem ini, dengan kepemilikan di Bank Danamon yang kemudian menguasai Adira Finance, Mandala Finance, serta Home Credit Indonesia.
Dengan kondisi itu, Suwandi menilai penggabungan antara Adira dan Mandala merupakan langkah yang logis dalam menciptakan sinergi, khususnya di segmen pembiayaan ritel.
“Ini adalah satu hal yang positif dan kita bisa melihat bahwa investor luar masih memiliki kepercayaan dan yakin dengan demografi penduduk Indonesia yang sejumlah 280 juta penduduk lebih. Ini masih dilihat menjadi satu kesempatan yang mereka bisa kembangkan di negara kita,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, Kamis (1/4/2025).
Dia menambahkan, industri pembiayaan pada prinsipnya mendukung langkah konsolidasi ini. Saat ini, tercatat ada sekitar 31 perusahaan pembiayaan yang sudah dimiliki oleh perbankan, yang menandakan tren kepemilikan ganda di sektor ini bukan hal baru.
Baca Juga
“Mereka melihat satu kesempatan yang bisa dia beli, dan akhirnya mau menggabungkan,” terangnya.
Mengenai apakah langkah ini akan diikuti oleh gelombang merger lain di industri, Suwandi tak menampik kemungkinan tersebut. Dia menyebut, sebelumnya BCA Finance juga telah melakukan merger dengan BCA Multifinance.
Dari catatannya, dalam 2 tahun terakhir industri pembiayaan menghadapi tekanan akibat penurunan daya beli masyarakat, yang ikut dipengaruhi oleh pelemahan sektor otomotif. Namun, dia optimistis situasi akan membaik seiring dengan program-program pemerintah baru yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% pada 2030 mendatang.
Praktisi dan pengamat industri pembiayaan dan otomotif Jodjana Jody menilai aksi itu akan menggabungkan kekuatan dua pemain besar dengan segmen yang saling melengkapi.
“Merger ini memang aksi konsolidasi agar bisa menguasai pasar lebih besar, khususnya memanfaatkan kekuatan masing-masing. Mandala cukup kuat di pembiayaan roda dua, khususnya di wilayah timur Indonesia,” terangnya.
Jodjana menilai peluang bisnis pembiayaan tahun ini masih tetap tumbuh, meskipun berada di kisaran single digit. Menurutnya, target pertumbuhan ini sudah memperhitungkan sejumlah tantangan di sektor pembiayaan, mulai dari penurunan daya beli masyarakat, ketatnya likuiditas, hingga tingginya suku bunga.
“Tentu multifinance harus pintar membaca segmen yang masih baik dan bisa dibiayai, serta yang belum banyak dijamah perbankan. Namun, kualitas booking harus jadi perhatian besar tahun ini.”
BABAK BARU ADMF-MFIN
Rencana penggabungan usaha ini merupakan tindak lanjut dari akuisisi yang dilakukan oleh MUFG Bank, Ltd. atau MUFG Bank dan Adira Finance yang telah diselesaikan pada 13 Maret 2024 terhadap MFIN. MUFG Bank dan Adira Finance menginvestasikan total Rp7 triliun untuk mengambil alih sebesar 80,6% saham Mandala Finance, di mana MUFG Bank dan Adira Finance memegang masing-masing 70,6% dan 10% kepemilikan. Per 31 Maret 2025, MUFG Bank memiliki 89,26% saham Mandala Finance dan Adira Finance memiliki 10% saham Mandala Finance.
Rencana penggabungan dua dari perusahaan multifinance besar di Indonesia ini akan menciptakan total aset kumulatif sebelum penggabungan sebesar Rp38,4 triliun.