Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Kesehatan Bakal Naik Hingga 154%

Bisnis.com, JAKARTA--Pengeluaran untuk biaya kesehatan di Indonesia akan mencapai rata-rata sebesar US$201 perkapita/tahun pada 2020, melonjak 154% dibandingkan dengan US$79 rata-rata pengeluaran kesehatan perkapita pertahun pada 2010.

Bisnis.com, JAKARTA--Pengeluaran untuk biaya kesehatan di Indonesia akan mencapai rata-rata sebesar US$201 perkapita/tahun pada 2020, melonjak 154% dibandingkan dengan US$79 rata-rata pengeluaran kesehatan perkapita pertahun pada 2010.

Philippe Chasat, Partner dan Kepala Jasa Keuangan untuk Asia Tenggara Ronald Berger Strategy Consultants, mengatakan peningkatan biaya ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya populasi, naiknya konsumsi terhadap layanan kesehatan, serta inflasi di bidang medis, yang diperkirakan mencapai 27% dalam 10 tahun.

“Peningkatannya sekitar 20% setiap tahun,” ujarnya, Kamis (19/9/2013).

Lonjakan biaya kesehatan ini tidak akan terkejar bahkan ketika sistem jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014.

Soalnya, BPJS hanya menyediakan layanan kesehatan dasar yang lebih cocok menyasar kalangan ekonomi bawah. Sementara, kelas menengah ke atas cenderung menuntut pelayanan kesehatan kelas premium.

Kondisi yang terjadi saat ini, pembiayaan layanan kesehatan masih didominasi oleh dukungan pemerintah melalui skema layanan kesehatan gratis di Puskesmas, klinik dan rumah sakit pelat merah.

Porsi pembiayaan oleh pemerintah mencapai 49% dari total biaya kesehatan yang diperkirakan sebesar US$19 miliar pada 2010 dan akan meningkat menjadi US$52,9 miliar pada 2020.

Porsi pembiayaan terbesar kedua, sekitar 38% dari total biaya kesehatan, diambil dari kantong pribadi. Artinya, masyarakat merogoh kocek sendiri untuk membayar seluruh pelayanan kesehatan.

Sementara itu, porsi pembiayaan kesehatan  melalui skema asuransi kesehatan masih sangat minim, hanya sekitar 2% dari total biaya kesehatan yang dibayarkan. Peluang ini lah yang perlu dibidik oleh industri asuransi.  (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper