Bisnis.com, JAKARTA— Meski terlihat tak mudah, pemerintah mengaku bisa memahami keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk keenam kalinya dalam 6 bulan terakhir ini.
Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pemerintah dapat memahami langkah tersebut sebagai upa ya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, meski di sisi lain diakui kebijakan itu berisiko kian memperlambat pertumbuhan ekonomi.
“Memang [kebijakan itu akan kian memperlambat pertumbuhan). Tapi kami akan mengimbangi kebijakan tersebut. Kami tetap akan menjaga di sisi fiskal agar pertumbuhannya tidak melambat terlalu dalam,” katanya, Selasa (12/11/2013).
Pernyataan Bambang ini bertolak belakang dengan keterangannya Oktober lalu. Saat itu, Bambang meminta BI tidak menaikkan BI Rate, mengingat pemerintah melalui kebijakan fiskal tengah bekerja memerangi kemiskinan dan pengangguran. Sayangnya, tak ada penjelasan atas perbedaan sikap ini.
Seperti diketahui, kenaikan BI Rate di negara dengan ekonomi berbasis bank seperti Indonesia biasa diikuti oleh pasangannya suku bunga kredit komersial yang pada gilirannya akan memperlambat aktivitas bisnis di sektor riil.
Situasi ini terlihat ketika melonjaknya laju inflasi akibat kenaikan harga BBM Juni lalu yang direspons oleh kenaikan BI Rate turut mengoreksi pertumbuhan ekonomi, mulai
dari 6,05% per kuartal I, lalu 5,83% per kuartal II, dan 5,62% per kuartal III.
Bambang menegaskan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, otoritas fiskal akan mengeluarkan insentif fiskal yang menjadi bagian Paket
Kebijakan Jilid II. Paket ini diharapkan dapat mem bantu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran.
Paket kebijakan tersebut, menurutnya, akan dirilis pada akhir November atau awal Desember ini.
Dengan demikian, paket itu diharapkan dapat menarik investasi dan pada saat yang sama menjaga kemampuan belanja rumah tangga yang selanjutnya menopang pertumbuhan.
Bambang mengakui laju perekonomian yang melambat telah mendongkrak tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2013 menjadi 6,25% dari semula 6,14%. Dengan paket itu,
Bambang berharap pengangguran akan turun, mengingat setiap 1% pertumbuhan akan mencipta kan 225.000 pekerjaan.
Artikel selengkapnya baca http://epaper.bisnis.com/index.php/PopPreview?IdContent=16&PageNumer=3&ID=119126
Data pergerakan BI rate sejak tahun 2011-2013:
Bulan | 2013 | 2012 | 2011 |
Januari | 5,75% | 6,00% | 6,50% |
Februari | 5,75% | 5,75% | 6,75% |
Maret | 5,75% | 5,75% | 6,75% |
April | 5,75% | 5,75% | 6,75% |
Mei | 5,75% | 5,75% | 6,75% |
Juni | 6,00% | 5,75% | 6,75% |
Juli | 6,50% | 5,75% | 6,75% |
Agustus | 6,50% 7,00%* | 5,75% | 6,75% |
September | 7,25% | 5,75% | 6,75% |
Oktober |
| 5,75% | 6,50% |
November | 7,5% | 5,75% | 6% |
Desember |
| 5,75% | 6% |
*RDG tambahan pada 29 Agustus 2013
Sumber: Bank Indonesia