Bisnis.com, JAKARTA—PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) akan mendorong portofolio pembiayaan mobil agar mencapai 48% pada tahun depan.
Willy Suwandi Dharma, Direktur Utama Adira Finance, mengatakan perusahaan melihat peluang pembiayaan mobil semakin terbuka.
“Karena pertumbuhan mobil sedikit lebih tinggi dibandingkan motor,” katanya kepada Bisnis, Jumat (29/11/2013).
Saat ini, portofolio pembiayaan di Adira Finance mencapai 55% untuk motor dan 45% untuk mobil. Pada 2014, perusahaan mengharapkan pembiayaan yang disalurkan untuk motor sebesar 52%, sedangkan pembiayaan yang disalurkan untuk mobil meningkat menjadi 48%.
Munculnya mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) juga dinilai akan turut mendorong pembiayaan mobil meski tidak signifikan. “Ada pengaruhnya sedikit,” katanya.
Willy mengatakan, Adira Finance membidik penyaluran pembiayaan baru pada tahun depan tumbuh 8%-10% jika dibandingkan proyeksi tahun ini Rp33 triliun.
Sepanjang 2013, menurutnya kinerja perusahaan mengalami hambatan salah satunya masih ada pengaruh aturan uang muka atau down payment (DP) kredit kendaraan bermotor. Hasilnya, hingga September 2013, Adira Finance hanya mencatat penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp24,8 triliun atau tumbuh tipis sekitar 2% dari periode yang sama tahun lalu.
Dari segi sumber pendanaan, perusahaan masih memiliki sisa penerbitan obligasi sebesar Rp4 triliun dari Obligasi Berkelanjutan II Adira Dinamika Multifinance.
Menurutnya, perusahaan masih menimbang waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi pada tahun depan. Dia memperkirakan, penerbitan obligasi tahun depan akan dilakukan bertahap. Artinya, kemungkinan perusahaan akan menerbitkan obligasi lebih dari satu kali.
Willy mencontohkan, penerbitan obligasi dapat dilakukan pada kuartal I/2013 sebesar Rp2 triliun, lalu dilanjutkan pada kuartal III/2013 Rp2 triliun.
Head of Corporate Secretary & Investor Relation Adira Finance Perry B. Slangor mengatakan permintaan untuk kendaraan bermotor saat ini masih tinggi.
“Demand tinggi,” katanya kepada wartawan, Jumat (29/11/2013).
Hal tersebut, lanjutnya, dikarenakan layanan transportasi publik yang belum optimal sehingga masyarakat memilih membeli kendaraan pribadi.