Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank menilai saat ini berbisnis di dalam negeri masih lebih bagus ketimbang berekspansi ke luar negeri.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Muhammad Ali mengatakan peluang bisnis di dalam negeri masih cukup besar. Dia menilai tidak seharusnya semua bank berlomba-lomba berekspansi ke luar negeri.
“Tapi kalau memang terbuka peluang BRI pasti akan ikut. Saat ini kami juga sudah memperkuat bisnis di New York,” ujarnya kepada Bisnis.
Dia menambahkan tahun ini BRI masih fokus pada ekspansi kredit. Tahun ini mereka memproyeksikan penyaluran kredit bakal meningkat 15% hingga 17%. Hingga kuartal III/2013 total kredit yang telah disalurkan BRI tercatat sebesar Rp413 triliun.
Adapun outstanding kredit mikro dan Kredit Usaha Rakyat (KUR ) hingga periode yang sama tumbuh sebesar 26,9% year on year. Pertumbuhan ini diklaim sejalan dengan kenaikan jumlah peminjam. Pada September tahun lalu lebih dari 800.000 debitur KUR mikro yang telah meningkat fasilitas pinjamannya menjadi Kupedes Komersial BRI dengan plafon lebih dari Rp10 trilliun.
Sebanyak 10 negara anggota Asean masih dalam tahap pembahasan sebelum mengimplementasikan skema kerja sama yang menjadi bagian dari rencana ASEAN Economic Community itu. Pembahasan dilakukan mengacu pada pada Asean Banking Integration Framework (ABIF).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga segera berdiskusi dengan Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) untuk menentukan bank nasional mana saja yang sudah siap untuk berekspansi ke negara lain anggota Asean.
Keengganan berekspansi ke luar negeri jauh-jauh hari juga sudah disampaikan BCA.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan ekspansi bisnis ke luar negeri saat ini belum menarik. Dia menegaskan tahun ini BCA masih akan memperluas bisnis secara organik. Bisnis semacam itu, katanya, dalam beberapa tahun terakhir cukup efektif dilakukan BCA.
Pada September 2013 lalu BCA mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 25,18% lebih tinggi ketimbang periode yang sama 2012. Salah satu bank besar di Indonesia ini membukukan laba bersih sebesar Rp10,36 triliun.
Hingga kuartal III/2013 BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp298,95 triliun atau tumbuh 25,77% dari periode yang sama pada 2012. Penyaluran kredit BCA ditopang oleh segmen consumer yang naik lebih dari 30% dengan nilai keseluruhan sebesar Rp85,1 triliun.
Tahun ini kalangan perbankan nasional dihadapkan pada persaingan penyaluran kredit yang cukup ketat. Sejumlah bank juga diketahui menaikkan bunga kredit sejak pekan pertama 2014 untuk mengantisipasi membengkaknya cost of fund (biaya dana).
Ketua Bidang dan Pengkajian Penelitian Perbanas Aviliani mengatakan penyaluran kredit perbankan tahun ini masih akan tumbuh pesat seiring dengan meningkatnya investasi. Namun penaikan suku bunga kredit oleh beberapa bank juga harus diwaspadai apalagi pinjaman yang berhubungan dengan biaya impor.
“Ini pengaruhnya pada defisit neraca perdagangan, tahun depan bisa lebih besar dan rupiah semakin parah,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (8/1/2014).
Menurut laporan Business Outlook 2014 yang dikeluarkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia industri perbankan di Indonesia diprediksi masih akan berkembang positif dengan catatan stabilitas perekonomian dan politik dapat terjaga.
Indonesia juga dianggap memiliki kesempatan besar untuk dapat meningkatkan inklusi keuangan dengan signifikan pada 2014 mencapai sekitar 23% hingga 25% dari kisaran 20% pada 2011.
Meningkatnya inklusi keuangan ini berpotensi meningkatkan stabilitas mikro pada tingkat rumah tangga.