Bisnis.com, JAKARTA—Tampaknya PT Bank Mandiri Tbk. semakin matang mengakuisi saudara kandungnya yang juga bank plat merah PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) bila pemegang saham menginstruksikan hal tersebut.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengaku siap bila pemegang saham memberikan instruksi untuk mengakui sisi BTN.
Namun, dia mengaku belum mendapatkan instruksi dari Kementerian badan usaha milik negara (BUMN) secara formal.
Budi menegaskan bila Bank Mandiri diberi titah untuk mengakuisi BTN, hal tersebut harus disampaikan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
"Kalau kami disuruh pemegang saham [untuk akuisisi BTN], kami siap," ungkapnya, Rabu (16/4/2014).
Namun, Budi tak menampik pertanyaan wartawan, terkait dengan instruksi yang telah disampaikan pemegang saham kepada direksi secara informal.
Kabar akuisisi BTN oleh Bank Mandiri kembali berhembus. Kementerian BUMN telah mengirimkan surat bernomor SR-161/MBU/04/2014 kepada Direktur Utama BTN Maryono untuk melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dengan agenda tambahan perubahan pemegang saham perseroan.
"Kami selaku Pemegang Saham Seri A Dwiwarna mengusulkan penambahan agenda RUPSLB yaitu Persetujuan Prinsip atas Perubahan Pemegang Saham Perseroan," isi surat Kementrian BUMN yang ditandatangani oleh Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian BUMN.
Budi mengharapkan akuisisi tersebut bisa semakin dipercepat, menimbang masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang sudah di depan mata. Dia mencontohkan ibarat pemain tinju kelas berat yang ditandingkan dengan kelas ringan.
Dia mengibaratkan bank-bank di Indonesia tergolong dalam kelas ringan, dan bank-bank di Malaysia dan Singapura dalam kelas berat.
Menurutnya, modal bank-bank di Singapura dan Malaysia memiliki modal 10 kali lipat dari Bank Mandiri, sehingga proses akusisi tersebut sangat diperlukan.
“Jadi supaya bisa jadi kelas berat harus dikasih makan yang banyak, supaya kalau masuk ring agar sama beratnya,” kata Budi.
Bank Mandiri telah mengalokasikan dana Rp10 triliun hingga Rp11 triliun untuk rencana bisnis perseroan. Namun tak menutup kemungkinan pembelian BTN menggunakan obligasi rekapitalisasi. Budi mengungkapkan obligasi rekapitalisasi perseroan masih banyak yakni Rp70 triliun.
Budi mengungkapkan obligasi rekapitaslisasi tersebut dimiliki pemegang saham dan apapun yang diperintahkan oleh pemegang saham, baik dalam penggunaan obligasi tersebut akan dilaksanakan oleh direksi, meski saat ini masih menunggu.