Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK BUMN: Produktivitas Laba Anjlok, Mandiri Stabil

Produktivitas laba bersih terhadap aset berisiko sejumlah bank badan usaha milik negara (BUMN) pada semester I/2014 terlihat menurun dibandingkan periode yang sama pada 2013.

Bisnis.com, JAKARTA - Produktivitas laba bersih terhadap aset berisiko sejumlah bank badan usaha milik negara (BUMN) pada semester I/2014 terlihat menurun dibandingkan periode yang sama pada 2013.

Dari perhitungan Bisnis.com, hanya PT Bank Mandiri Tbk yang kualitas return on risk weighted assets (RORWA) stabil dibandingkan semester I/2013. RORWA Bank Mandiri per Juni 2014 mencapai 2,2%, sama dengan Juni 2013.

 
RORWA merupakan rasio antara laba setelah pajak dan total aset tertimbang menurut risiko (ATMR) baik untuk risiko kredit, risiko operasional maupun risiko pasar.

 

Meskipun masih di atas Bank Mandiri, RORWA PT Bank Rakyat Indonesia Tbk per Juni 2014 lebih rendah dibandingkan dibandingkan periode yang sama 2013. Pada Juni 2014 RORWA BRI sebesar 2,6%, sedangkan Juni 2013 2,7%.

Kondisi serupa juga terjadi di PT Bank Negara Indonesia Tbk. Pada Juni 2014 RORWA BNI 1,5%, lebih rendah ketimbang Juni 2013 yang mencapai 1,6%.

PT Bank Tabungan Negara Tbk yang pada semester I/2014 mencatatkan penurunan laba bersih, juga mengalami penurunan RORWA.

Pada Juni 2014 RORWA BTN 0,7%, lebih rendah dibandingkan semester I/2013 yang mencapai 1,09%.

RORWA merupakan rasio antara laba setelah pajak dan total aset tertimbang menurut risiko (ATMR) baik untuk risiko kredit, risiko operasional maupun risiko pasar.

Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), Agustinus Prasetyantoko mengatakan apa yang terjadi di bank BUMN tersebut merupakan gejala industri.

Dia justru menilai sejumlah bank BUMN masih memiliki cukup sumber daya untuk memacu kinerja mereka. Menurutnya, pertumbuhan profitabilitas juga ditunjukkan oleh bank swasta yang diwakili oleh PT Bank Central Asia Tbk.

“Bank BUMN punya kelebihan kualitas, mampu mencari dana murah dari masyarakat lebih baik. Kalau BTN saat ini memang dana mahal sehingga profitabilitas turun,” ujarnya.

Dia mengatakan secara struktural pertumbuhan kredit masih lebih besar ketimbang penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

Pertumbuhan kredit sejauh ini mencapai 16%, sedangkan DPK hanya di kisaran 12%.

Agustinus menambahkan, cairnya likuiditas pasca Lebaran tidak akan berdampak signifikan. “Tahun ini strukturnya masih sama, [pertumbuhan] kredit lebih besar dari DPK.”

Pada semester I/2014, BRI mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp11,72 triliun, naik 17,11% year on year. BRI mengklaim pencapaian tersebut cukup positif di tengah kondisi politik dan ekonomi domestik yang kurang kondusif.

Pertumbuhan kredit BRI pada hingga kuartal II/2014 mencapai 17,19% year on year, dari Rp391,77 triliun pada triwulan II/2013 lalu menjadi Rp459,13 triliun. Rasio kredit bermasalah berada di level 0,57%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Yusran Yunus

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper