Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Melambat, Tapi Minat Menabung Masyarakat Justru Lebih Rendah

OJK mencatat pertumbuhan kredit perbankan melambat pada April 2025 secara tahunan.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit perbankan nasional masih tumbuh positif pada April 2025 sebesar 8,88% secara tahunan (year on year/YoY), meskipun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan menyebut, seiring dengan perlambatan kredit, dana pihak ketiga alias DPK juga terjadi perlambatan. 

"Kebutuhan kredit usaha tetap lebih tinggi dibandingkan keinginan masyarakat untuk menyimpan dana di bank," kata Dian dalam jawaban tertulis RDK OJK, dikutip Sabtu (14/6/2025). 

Dian menjelaskan perlambatan kredit bukan semata karena rendahnya kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, melainkan lebih disebabkan oleh lemahnya permintaan akibat ketidakpastian global yang masih tinggi.

Misalnya saja faktor eksternal seperti lambannya penurunan suku bunga acuan The Fed, eskalasi perang dagang, dan konflik geopolitik menjadi penyebab utama investor lebih berhati-hati, banyak yang memilih aset safe haven ketimbang ekspansi usaha. 

Meskipun demikian, OJK memastikan kondisi fundamental perbankan nasional tetap solid. Rasio kredit bermasalah (NPL) per April 2025 tetap terjaga di bawah 3%, dan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) berada dalam tren stabil. 

"Pada dasarnya perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit," sebut Dian. 

Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup baik antara lain didorong percepatan belanja dan stimulus ekonomi pemerintah, diharapkan dapat menarik minat investasi ke domestik dan meningkatkan permintaan kredit. 

Untuk mengukur ketahanan bank dalam menghadapi berbagai potensi shocks makro ekonomi, lanjut Dian, OJK secara rutin melakukan stress test untuk mengevaluasi ketahanan perbankan Indonesia. 

Di sisi lain bank juga melakukan stress test secara mandiri baik menggunakan skenario dan asumsi sendiri maupun yang disiapkan oleh otoritas (OJK & BI). 

"Baik hasil stress test OJK maupun hasil stress test mandiri oleh perbankan menunjukkan bahwa tingkat permodalan perbankan saat ini masih sangat memadai untuk menghadapi risiko," tuturnya. 

Risiko yang dimaksud yaitu disebabkan oleh perubahan signifikan dalam kondisi makro ekonomi Indonesia, antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, perubahan nilai tukar, maupun penurunan nilai surat-surat berharga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper