JAKARTA—PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) diprediksi gagal mencapai target pertumbuhan 10% hingga akhir tahun.
Hafid Hadeli, Direktur Penjualan dan Distribusi Adira Finance mengatakan pihaknya memperkirakan pertumbuhan sampai akhir tahun hanya 8%, di bawah angka pertumbuhan yang sudah ditargetkan. “Pertumbuhan otomotif tidak sesuai ekspektasi kami, selain itu, naiknya suku bunga bank juga memberi dampak pada pembiayaan kami,” ujarnya, Selasa (7/10/2014).
Hingga September, Hafid mengatakan Adira Finance telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp25,5 triliun atau tumbuh 3% dari periode yang sama tahun lalu. Dari total pembiayaan tersebut, Rp15 triliun dikontribusikan oleh pembiayaan sepeda motor, sedangkan sisanya, Rp10,5 dari pembiayaan mobil.
Sementara itu, angka kredit macet atau non performing financing (NPF) juga mengalami kenaikan pada Agustus dibandingkan Juli. Hafid menyebutkan, hingga Agustus angka NPF mencapai 1,53%, sedangkan pada Juli lalu posisi NPF ada di 1,38%.
“Adanya perlambatan ekonomi secara nasional cukup memberi pengaruh. Selain itu, Juli lalu kan lebaran, trennya memang naik,” paparnnya.
Sebagai pengingat, pada semester I lalu, laba perseroan tercatat turun 28,5%. Emiten berkode ADMF itu membukukan laba bersih Rp542 miliar pada semester I/2014.
Direktur Utama Adira Finance Willy Suwandi Dharma memaparkan penurunan laba tersebut disebabkan oleh peningkatan biaya dana (cost of fund) sehubungan dengan kenaikan suku bunga di pasar.
Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya kenaikan biaya operasional karena penyesuaian gaji karyawan terhadap upah minimum regional dan evaluasi kinerja karyawan tahunan serta kenaikan dari penyisihan kerugian seiring dengan meningkatnya piutang pembiayaan yang dibiayai sendiri.