Bisnis.com, JAKARTA-Kalangan perbankan menilai kondisi makro ekonomi mempengaruhi ekspansi bisnis perbankan pada tahun ini.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan sebelum perbankan menyalurkan kredit ke nasabah, maka para bankir terlebih dulu memperhatikan kondisi global dan makro ekonomi.
"Kredit perbankan tak hanya sebatas terkait likuiditas, tetapi berhubungan dengan kondisi makro dan peluang bisnis," ungkapnya, Kamis (15/1/2015).
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan proyeksi 5,1% pada 2014, berdampak pada laju kredit perbankan yang melambat menjadi 12% pada tahun tersebut.
Bank Indonesia menyatakan dari sisi eksternal, perlambatan ekonomi Indonesia terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah.
Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS.
Tak bisa dipungkiri, perlambatan ekonomi pun berdampak juga pada kemampuan membayar utang debitur yakni rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) nasabah. Parwati mengungkapkan NPL berpotensi naik, karena dipengaruhi harga komoditas yang melemah dan kondisi makro.
Pada tahun ini, BI tetap optimis memproyeksikan pertumbuhan kredit industri perbankan di level 15%-17%, meski pada tahun lalu proyeksi tersebut tak mencapai target. BI memproyeksikan laju kredit hingga November 2014 bisa tumbuh 11,9% secara year on year, atau lebih rendah dari pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,2%.
Sedangkan proyeksi dana pihak ketiga (DPK) oleh BI pada tahun ini sebesar 14%-16%. Adapun proyeksi DPK mencapai 13,8% pada November 2014, relatif tidak berubah dari periode yang sama tahun sebelumnya.