Bisnis.com, SEMARANG — PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Cabang Semarang menargetkan laba bersih pada tahun ini senilai Rp137 miliar atau naik 110% dibandingkan target 2014 mencapai Rp65 miliar.
Area Managing Director PT Askrindo Cabang Semarang Firman Berahima mengatakan peningkatan target laba tersebut karena melihat potensi bisnis di wilayah ini mengalami lonjakan setiap tahun.
Menurutnya, realisasi laba bersih pada 2014 yakni Rp65 miliar atau sesuai dengan target. Pada 2014, ujarnya, klaim yang dibayarkan Askrindo senilai Rp33 miliar. “Pada 2014, laba bersih sesuai dengan target. Dan tahun ini kami ditarget memperoleh laba bersih Rp137 miliar,” ujarnya saat ditemui Bisnis, Selasa (20/1/2015).
Tercatat, Askrindo pusat membukukan laba bersih pada 2014 senilai Rp663,12 miliar atau tumbuh dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara nasional, perusahaan asuransi pelat merah ini pada 2014 meraup laba bersih lebih banyak Rp23 miliar dari target Rp640 miliar.
“Untuk target laba nasional tahun ini Rp1 triliun. Jadi, target tiap daerah dipacu untuk naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya,” papar Firman.
Pihaknya mengatakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan pada 2014 untuk sektor usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di Jateng tumbuh pesat. Selain itu, kredit pegawai di daerah turut menyumbang pertumbuhan bisnis asuransi berpelat merah ini.
“Tahun ini KUR belum jelas, mungkin akan berganti nama. Saya menyakini program itu akan berjalan pada bulan ke enam, dana KUR kan memakai Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) untuk membayar premi,” paparnya.
Firman mengatakan realisasi plafon penjaminan KUR di Jateng mencapai Rp3,1 triliun. Adapun, target plafon penjaminan kredit tahun ini di wilayah Eks Karesidenan Semarang yakni, Kendal, Purwodadi dan Salatiga mencapai Rp3,9 triliun.
Adapun tahun ini, ujarnya, target penjaminan plafon Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) dari BRI yakni Rp3,16 triliun.
“Di samping KUR, kami menjalankan penjaminan kredit produktif yang bekerjasama dengan beberapa bank, antara lain konstruksi, pedagang kecil dan usaha mikro,” ujar Firman.
Dia mengatakan tahun ini Askrindo juga fokus sebagai penjaminan kredit untuk infrastruktur sesuai dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang serius membangun infrastruktur di wilayah ini.
Pada tahun lalu, ujar Firman, PT Askrindo membayar klaim atas kredit macet untuk sektor infrastruktur dalam proyek jalur lingkar Bumirejo, Brebes, Jateng senilai Rp33 miliar.
“Dari total penjaminan kredit Rp5,1 triliun, untuk penjaminan kredit kontruksi pengadaan barang dan jasa Rp1,7 triliun. Yang paling besar penjaminan kredit KUR mencapai Rp3,1 triliun,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memaparkan anggaran untuk infrastruktur di Jateng pada 2015 senilai Rp2,1 triliun atau lebih besar daripada realisasi anggaran tahun sebelumnya senilai Rp1,2 triliun.
Pihaknya mengatakan anggaran sebesar itu akan dimanfaatkan untuk perbaikan infrastruktur jalan raya dan sejumlah fasilitas umum lainnya.
Ganjar mengakui potensi peningkatan investasi di wilayahnya harus disikapi dengan pembangunan infrastruktur dasar yang memadai seperti jalan raya, rel kereta, pelabuhan dan penyediaan energi. Namun, rencana pembangunan tersebut seringkali terhambat adanya ego sektoral.
Dia menjelaskan realisasi pembangunan tersebut mensiratkan kebutuhan akan lahan. Seringkali, lanjut Ganjar, pemerintah kota/kabupaten dan masyarakat justru sulit untuk memenuhi tuntutan bagi pengembangan tersebut.
“Kami akan bicara dengan teman-teman ditingkat kota dan kabupaten. Saya berharap jangan ada argumentasi macam-macam ketika akan dibuat proyek tertentu,” ujarnya.