Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Urgensi Merger Reasuransi BUMN Menangkal Ketergantungan Reasuradur Asing

Saat ini masih terlalu dini menyampaikan angka pasti estimasi jumlah retensi yang bisa ditampung oleh perusahaan reasuransi hasil merger
Gedung reasuransi Nasional Re (Nasre)./Source: Nasre
Gedung reasuransi Nasional Re (Nasre)./Source: Nasre

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dalam 3 tahun terakhir selalu mencatat defisit neraca pembayaran asuransi dikarenakan kapasitas reasuransi domestik yang tak cukup kuat menampung retensi lokal. Hal ini membuat asuransi dalam negeri mengalihkan retensinya pada reasuradur asing di luar negeri.

Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re Delil Khairat mengatakan merger 3 reasuransi pelat merah dapat memperdalam kapasitas reasuransi domestik menyerap retensi di dalam negeri. Rencana merger tersebut menurutnya telah menjadi wacana sejak lama namun belum ada realisasinya.

"Urgensi konsolidasi ini didorong oleh kebutuhan untuk memperkuat kapasitas nasional dalam menyerap risiko domestik secara lebih optimal dan mengurangi ketergantungan pada reasuransi luar negeri," ujarnya kepada Bisnis dikutip Sabtu (5/7/2025).

Namun demikian, proses penggabungan tersebut tentu memerlukan kajian menyeluruh atas aspek fundamental keuangan dan tata kelola masing-masing entitas, termasuk langkah-langkah perbaikan dan harmonisasi sebelum integrasi dilakukan. 

Adapun tiga reasuransi milik negara yang dia maksud adalah Indonesia Re, PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) dan PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional Re). Bila merujuk laporan keuangan 2024 masing-masing perusahaan, Indonesia Re per Desember 2024 mencatatkan ekuitas sebesar Rp2,52 triliun atau koreksi 6,7% Year-on-Year (YoY), sedangkan aset perusahaan mencapai Rp15,29 triliun atau tumbuh 7,7% YoY. Lalu untuk Tugure, perusahaan pada 2024 mencatatkan ekuitas sebesar Rp1,52 triliun atau tumbuh 6% YoY, sedangkan aset perusahaan naik tipis 0,4% YoY menjadi Rp5,9 triliun.

Terakhir untuk Nasional Re, perusahaan pada 2024 menunjukkan beberapa indikator kinerja negatif. Ekuitas Nasional Re per Desember 2024 tercatat minus (-) Rp1,23 triliun, memburuk dari posisi sebelumnya sebesar -Rp236,59 miliar pada 2023. Aset perusahaan tercatat Rp8,23 triliun atau terkoreksi 15,5% YoY dibanding aset periode 2023 sebesar Rp9,74 triiun.

"Prinsip kehati-hatian dan perlindungan terhadap keberlangsungan usaha tetap menjadi pertimbangan utama," kata Delil.

Adapun jika merujuk kondisi industri perasuransian sepanjang 2024, maka kapasitas industri reasuransi masih terbilang kecil dibanding retensi yang ada di asuransi. Dalam periode ini, premi bruto asuransi mencapai Rp545 triliun, sementara premi bruto reasuransi lokal hanya mencapai Rp24,4 triliun.

Delil mengatakan saat ini masih terlalu dini menyampaikan angka pasti estimasi jumlah retensi yang bisa ditampung oleh perusahaan reasuransi hasil merger karena hal itu akan sangat bergantung pada struktur integrasi dan dukungan permodalan ke depan. 

"Namun secara prinsip, entitas hasil konsolidasi diharapkan memiliki kapasitas yang lebih besar dan efisien dalam menyerap premi domestik, memperkuat retensi dalam negeri, dan tak kalah pentingnya menyerap premi dari luar negeri untuk mendiversifikasi risiko dalam negeri, serta mendukung program-program nasional seperti peningkatan kemandirian sektor keuangan dan pengelolaan risiko strategis negara," tuturnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper