Bisnis.com, JAKARTA--Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum menerima pengajuan pelepasan saham PT Bank Permata Tbk oleh Standard Chartered.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengungkapkan Standard Chartered boleh saja berencana untuk melepaskan saham Bank Permata, akan tetapi pengajuan tertulis tersebut belum sampai ke meja pengawas. "Rencana boleh-boleh saja, tetapi komunikasi dengan OJK belum ada," katanya baru-baru ini.
Sementara itu, sebagai bank yang dalam top ten banks dari sisi aset, Bank Permata telah memasukan aksi tambahan modal dengan nilai lebih dari Rp1 triliun dalam rencana bisnis bank (RBB) yang akan direalisasikan pada semester II/2015.
Direktur Utama Bank Permata Roy Arman Arfandy mengungkapkan perusahaan memiliki dua opsi yakni obligasi atau pinjaman subordinasi (subdebt) dan hak memesan saham yang baru dikeluarkan (rights issue) akan dilakukan pada tahun ini. Rencana aksi korporasi tersebut sekaligus antisipasi pemenuhan terhadap Basel 3.
Namun, ketika dikonfirmasi terkait kesiapan manajemen menyambut rencana sang pemegang saham, Roy enggan memberikan komentar. "Saya tidak bisa mengomentari. Karena bukan ranah saya," ucapnya singkat.
Sebelumnya, dalam informasi yang disiarkan oleh Reuters, bahwa Standard Chartered Bank Plc (Stanchart), berencana untuk melepas kepemilikan sahamnya di dua bank Asia, yakni PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan Agricultural Bank of China Ltd (AgBank).
Standard Chartered berencana melepas saham di Bank Permata yang merupakan anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 44,56% dengan nilai mencapai US$638 juta. Sebelum melepas saham Bank Permata, Stanchart berencana menjual saham Agricultural Bank of China Ltd terlebih dahulu. Kepemilikan saham Stanchart senilai US$621 juta di Agricultural Bank of China.
Kendati begitu, Bank Permata berencana untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Adapun posisi CAR pada November 2014 bertengger di posisi 13%. Angka tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yakni 14%.
Pada tahun ini, Bank Permata memproyeksikan pertumbuhan aset di kisaran 14% secara year on year. Berdasarkan Laporan Publikasi Bank Indonesia, total aset perusahaan hingga November 2014 mencapai Rp184,6 triliun, tumbuh 14,9% dari posisi Rp160,64 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, total fungsi intermediasi yang telah disalurkan hingga November 2014 mencapai Rp119,48 triliun, tumbuh 11,87% dari posisi Rp106,8 triliun secara year on year. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) Bank Permata tumbuh lebih tinggi dari kredit. Adapun pertumbuhan dana masyarakat yang berhasil dihimpun mencapai 15,86% secara year on year pada November 2014 menjadi Rp134,49 triliun dari posisi Rp116,07 triliun.
Komposisi DPK Bank Permata sampai November 2014 yakni dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan masing-masing senilai Rp23,17 triliun dan Rp18,4 triliun sedangkan deposito sekitar Rp92,9 triliun.
Adapun sejarah Bank Permata merupakan hasil merger lima bank yakni Bank Bali, Bank Universal, Bank Arthamedia, Bank Patriot dan Bank Prima Ekspress pada 2002. Lalu PT Astra Internasional Tbk dan Standard Chartered Bank mengambil alih Bank Permata serta melakukan transformasi dengan fokus di segmen konsumer dan komersial. Pada September 2014, Astra dan Stanchart masing-masing menguasai 44,56% saham Bank Permata, sedangkan sisanya 10,88% dimiliki oleh publik.