Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Standard Chartered Petik Cuan Salurkan Pinjaman via P2P Lending

Standard Chartered Indonesia Akui Panen Untung Salurkan Pinjaman via Pinjol
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Donny Donosepoetro saat berbincang dengan Bisnis di sela acara Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5/2025)/Bisnis- Akbar Maulana
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Donny Donosepoetro saat berbincang dengan Bisnis di sela acara Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5/2025)/Bisnis- Akbar Maulana

Bisnis.com, DENPASAR – Perusahaan bank global, Standard Chartered Bank Indonesia berencana terus menambah mitra bisnisnya dengan fintech peer-to-peer (P2P) lending sebagai lender institusi perbankan.

Saat ini, bank yang berkantor pusat di London tersebut memiliki delapan mitra perusahaan penyelenggara fintech P2P lending dengan outstanding pembiayaan mencapai sekitar Rp3,3 triliun per kuartal I/2025.

Donny Donosepoetro, CEO Standard Chartered Bank Indonesia menilai kerja sama dengan fintech P2P lending merupakan kolaborasi yang sangat strategis, khususnya untuk pengembangan produk banking ritel. 

"Ini profitable, bukan CSR. Ini hubungan komersial, bukan CSR. Jadi ini memang mekanisme yang bagus menjembatani fungsi intermediasi bank-bank internasional untuk menyasar sektor inklusif," kata Donny saat berbincang dengan Bisnis di sela acara Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5/2025). 

Donny menjelaskan bahwa global bank seperti perusahaannya itu selalu mengalami kesulitan dan tantangan utamanya adalah ketika menyasar perekonomian akar rumput alias segmen mikro dan ultra mikro.

Akses yang sulit tersebut bahkan menurutnya, sudah menjadi rintangan yang dihadapi bank global dalam dekade terakhir. Apalagi, untuk menyasar segmen mikro tersebut Standard Chartered Bank Indonesia harus berkompetisi dengan bank-bank domestik yang secara infrastruktur dan jaringan sudah menjangkau pelosok Tanah Air.

"Karena sejak pre-Covid, kalau bicara global bank itu biasanya mengalami tantangan dalam hal ritel banking. Karena persaingan dengan bank-bank lokal, persaingan dengan bank-bank regional, itu mengalami kesulitan sehingga ada beberapa yang menjual ritel banking-nya. Tapi kami tidak. Menurut kami, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa sekali di pangsa ritel," ujarnya.

Merintis kemitraan bersama perusahaan fintech P2P lending sejak 2 tahun terakhir, kini Standard Chartered Bank Indonesia memiliki 2 juta nasabah yang mendapat pembiayaan via pinjaman online (pinjol).

Dari total outstanding pinjaman, sebesar 65% menyasar pelaku usaha perempuan. Sementara itu, dari 2 juta nasabah ada 48% masyarakat berpenghasilan di bawah Rp5 juta alias segmen usaha mikro.

Kinerja apik tersebut, menurut Donny, menjadi bukti bahwa kolaborasi dengan fintech P2P lending adalah solusi dari tantangan keterbatasan akses pasar segmen mikro oleh bank global di Tanah Air.

"Jadi menurut kami ini suatu terobosan. Bahwa kalau global bank tidak bisa berperan langsung mendorong ekonomi inklusif, kami merasa bahwa tidak seperti itu. Kami bisa buktikan kami bisa berperan langsung," tegasnya. 

Berbicara ihwal minat institusi perbankan menyalurkan pinjaman via pinjol, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pinjaman dari institusi bank dalam negeri kepada industri fintech P2P lending per Februari 2025 tumbuh signifikan sebesar 55,7% year on year (yoy) menjadi sebesar Rp49,40 triliun. Porsi tersebut mencapai 72,9% dari total outstanding lender dalam negeri sebesar Rp67,73 triliun.

Pada saat yang sama, kredit perbankan ke UMKM skala mikro justru mengalami koreksi. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit bank untuk segmen skala usaha mikro mengalami kontraksi 0,9% yoy menjadi Rp627,2 triliun. 

Dalam data paling baru, penurunan kredit bank pada skala usaha mikro semakin besar menjadi 2,1% yoy dengan nilai mencapai Rp625,7 miliar.

Menanggapi data itu, Donny berharap banyak bank global yang bisa meningkatkan kemitraannya dengan perusahaan fintech P2P lending.

"Kami berhadap bank-bank global lain bisa mengikuti jejak kami juga. Karena terus terang ini dibuktikan memang bisa kok," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper