Bisnis.com, JAKARTA-Seiring dengan rencana menggenjot pertumbuhan kredit, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) melakukan langkah khusus untuk menekan angka rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
Direktur Konsumer BJB Fermiyanti mengatakan langkah yang ditempuh emiten berkode BJBR ini antara lain melalui peningkatan kualitas bisnis dari dalam.
"Kami melakukan intensif training dan coaching kepada petugas analis dan marketing dalam menyeleksi nasabah. Kami juga melakukan perbaikan bisnis model dan penggunaan sistem loan origination," tutur Fermayanti kepada Bisnis.com.
Pada tahun ini bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten ini membidik pertumbuhan kredit sesuai dengan arahan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu sekitar 16%.
Berdasarkan laporan publikasi keuangan bank di situs Bank Indonesia, laba BJB sepanjang 2014 senilai Rp1,114 triliun atau turun sebesar 19,5% dibandingkan laba 2013 yang senilai Rp1,384 triliun (tidak diaudit).
Penurunan laba ini akibat penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 8,6% menjadi Rp4,228 triliun. Di sisi lain, bank mencatat kenaikan beban penurunan nilai aset kredit akibat penaikan jumlah kredit bermasalah.
Sepanjang 2014, kredit yang disalurkan bank mencapai Rp49,254 triliun atau tumbuh 9,5% dibandingkan posisi 2013 sebesar Rp44,989 triliun. Jumlah kredit bermasalah juga naik menjadi Rp2,055 triliun dari sebelumnya Rp1,266 triliun. Dengan kata lain, rasio kredit bermasalah meningkat dari 2,7% menjadi 4,1%.
Ahmad Irfan, Direktur Utama BJB mengatakan perseroan telah membentuk unit khusus untuk membenahi kredit bermasalah diharapkan perseroan bisa meraih pendapatan dari pemulihan aset bermasalah. Tahun ini, BJB menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 15%-17%.
"Kita ingin ekspansif, tapi selektif dan berkualitas," ujarnya.
Sementara itu, analis BCA Sekuritas Alexander Margaronis dan Kim Kwie Sjamsudin mengatakan dalam risetnya pada tahun ini BJB fokus pada peningkatan kualitas aset. Hal ini dikarenakan NPL mengalami peningkatan tipis dari 4% dari semester pertama tahun lalu menjadi 4,1% di kuartal terakhir 2014.
"Peningkatan kualitas aset kemungkinan memuncak pada kuartal II dan III. Perseroan juga menunjukkan tanda-tanda perbaikan di mana pada kuartal III/2014 biaya dana tetap stabil di 5,9% setelah mengalami penaikan dari 5,8% di kuartal I/2014. Komposisi CASA juga membaik untuk 3 kuartal berturut-turut dan loan to deposit ratio stabil di kisaran 80%," tulis keduanya.